tag:blogger.com,1999:blog-25418164301287997592024-03-14T02:50:32.960-07:00Kumpulan Cerpen AsyikMoh. Harishttp://www.blogger.com/profile/02866810122513090523noreply@blogger.comBlogger12125tag:blogger.com,1999:blog-2541816430128799759.post-23610775190052531972012-02-08T01:40:00.000-08:002012-02-08T01:40:25.121-08:00Cerpen cinta sejati : Is True Love And Always Together Forever<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9Qo37MTfojlGpg3LJPSBw6eqICQzbYtolxGXt9cBanygAE4iz6-F_GJxS3WdxMUShLSIi-VfFG1fsqeJdbS9eqLnm0wbEK9O8mOc3NDP16C3-qTTvbsczDHoA07SevEYs3_j6KM33qYc/s1600/Cinta-Sejati+remaja.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9Qo37MTfojlGpg3LJPSBw6eqICQzbYtolxGXt9cBanygAE4iz6-F_GJxS3WdxMUShLSIi-VfFG1fsqeJdbS9eqLnm0wbEK9O8mOc3NDP16C3-qTTvbsczDHoA07SevEYs3_j6KM33qYc/s1600/Cinta-Sejati+remaja.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;">Waktu Terasa semakin berlalu…<br />
<br />
Tinggalkan Cerita tentang kita<br />
<br />
Akan tiada lagi kini tawamu<br />
<br />
Tuk Hapuskan semua sepi dihati…<br />
<br />
<br />
<br />
Ada cerita tentang Aku dan Dia<br />
<br />
Dan kita bersama saat dulu kala<br />
<br />
Ada cerita masa yang indah<br />
<br />
Saat kita berduka saat kita tertawa<br />
<br />
( Peterpan )<a name='more'></a><br />
<br />
<br />
<br />
Ku masih dan selalu saja meratapi diriku. Entah sampai kapan ku akan terus seperti ini. Pekerjaanku sepulang sekolah adalah melamun dan selalu melamun. Sambil mendengarkan lagu cinta sejatiku Peter Pan. ku sudah hafal lagu itu, sebab hanya satu lagu itulah yang menjadi temanku sehari-hari. Lagu itu menyimpan kenangan atau seakan lagu itu adalah harapan.<br />
<br />
Sambil terus mendengarkan Peterpan yang diputar beberapa kali, ku memandangi foto lama di HP-ku. Gambar itu adalah seorang Gadis remaja kecil dan Lelaki remaja kecil berseragam biru-putih. Dua anak itu bergaya. Berpegangan tangan dengan wajahnya seperti menarik senyuman. Ku tertawa sendiri teringat dengan semua kisah masa laluku.<br />
<br />
“ D’, a cakep nggak gini?” ku meminta pendapat Anis. Saat itu, Aku baru saja mencukur rambut.<br />
<br />
“ Idih, Cakep ko.. daripada botak kaya kemaren!” ujar Anis kecil sambil tertawa.<br />
<br />
“ Hmm.. masa sih d, kamu juga cakep d”<br />
<br />
“ He” narsis banget sih kamu a”<br />
<br />
“ kenapa ? ko Narsis!”<br />
<br />
“ Ia, ini foto-foto aja”<br />
<br />
“ Buat kenang-kenangan d’, kita kan mau lulus! Gimana-gimana juga, jelek-jelek juga, ni sekolah kan yang mempertemukan kita d”.<br />
<br />
. <br />
<br />
Ku tertawa lagi, tapi ia sadar bahwa semuanya adalah hanya kenangan masa lalu ketika ku bersekolah Menengah Pertama.<br />
<br />
“ Dimana Hati kamu sekarang, d? Apa ku gak bias nemuinnya lagi?”<br />
<br />
Ku lelah. ku mematikan Audio Playern. Dan Peterpen pun berhenti menyanyi.<br />
<br />
<br />
<br />
***<br />
<br />
<br />
<br />
Nun jauh disana, entah Anis sedang melakukan apa. Apakah sama juga sedang teringat pada masa laluanya bersamaku.<br />
<br />
“ A… kamu dimana? D’ takut a’ kenapa-napa…!” a’ kemana teriak anis penuh kekhawatiran ketika ku Pergi Kabur Meninggalkan Rumah .<br />
<br />
Dan ku memang sedang terombang-ambing diantara hidup dan mati ditengah masalah Hidupku itu. Aku pergi pergi meninggalkan Pulau Jawa. Pesan terakhirku saat itu ku bilang “ d’, kamu baik-baik ya dsini, insya allah nanti kita ktemu lagi, jaga diri baik-baik d’ ”.<br />
<br />
Anis tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa menangis.<br />
<br />
“ Aaaaaaaaaaaaaaaaa…!” teriaknya saat disekolah dan mencertakan kepergiaanku kepada teman-teman yang lain.<br />
<br />
Segera Anis bersama teman-teman yang lain mencoba mencariku. HP ku lobet, ia tak bias Kontek denganku, dan akupun tak bicara jika ku pergi kemana? Tapi ku juga merasa gelisah, hingga akhirnya ku Sempat SMS dia menggunakan HP orang lain. Hingga aku berulang-ulang di- Telponnya, Hingga akhirnya ku Terayu olehnya tuk Pulang. 3 hari Kepergiaanku ternyata membuatku mengetahui berapa besar Sayang Anis untukku.<br />
<br />
Hari-hari kita memang selalu berdua tak pernah terpisahkan. Berangkat dan pulang sekolah, selalu berdua. Mendapat Peran Teater pun menjadi pasangan Raja dan Ratu. Cinta sudah terpatri dihatiku dengannya meski tak terucap kata cinta itu. Cinta itu tumbuh dengan sendirinya. Padahal, orang tua ia tak setuju dengan ke akraban aku dengannya. Tapi, biar orang tua tak setuju. Kita berikrar tak akan pernah terpisah untuk selama-lamanya.<br />
<br />
<br />
<br />
“ KR-EHB IS TRUE LOVE, AND ALWAYS TOGETHER FOREVER!” begitu janji ku pada Anis.<br />
<br />
Dan kenyataan kita terpisah. Ternyata Aku tak seperti dulu dan Anispun bukan anis yang ku kenal dulu. Tapi sungguh ku masih sangat mencintainya.<br />
<br />
<br />
<br />
***<br />
<br />
<br />
<br />
Tiga tahun tentu bukanlah waktu yang sebentar, itu adalah waktu yang sangat lama untuk membangun sebuah Bangunan Cinta nan amat Kokoh . Selama sekian tahun itu, aku dan Anis bersama. Namun itu tak meluluhkan kerasnya Hati Anis sekarang, ia seakan tak acuh lagi denganku, dan sampai aku memutuskan tuk memcoba Membencinya.<br />
<br />
“ D’… kenapa kamu sekarang? Tahukah kamu, aku sangat mencintaimu?” ku coba menitipkan kata pada angin yang bersiyur. Mudah-mudahan saja Anis mendengarnya disana.<br />
<br />
Tiga tahun runtuh seperti ini. Tak ka nada lagi lika-liku Cinta antara ku dengannya,, Jika ada sebuah Penghargaan munkin aku dengannya adalah Pasangan yang sangat banyak mendapatkan penghargaan, Pasangan Putus-Nyambung, Pasangan ter-unik, Ter-Aneh, Ter-, Ter- dech. Tapi kini hanya Harapan, seketika Hati Anis Membeku sekeras batu nana mat besar yang tak bisah terluluhkan lagi. Hancurlah harapanku untuk bisa slalu dengan cintanya itu.<br />
<br />
“ Bagaimana jika ternyata Anis mengkhianatiku, lalu ia kini bersanding dengan orang lain” . Hati ku mulai berprasangka yang tidak-tidak, karena ku paling tak terima jika ia dekat dengan orang lain”.<br />
<br />
“ Ah, tapi buat apa, aku tak terima! Itu Haknya, dia mau punya Pacar baru tah, balikan ma pacar lamanya tah,, aku tak punya hak ngurusin dia lagi” Gertak hatiku, memarahi diriku yang Egois ini.<br />
<br />
Ah, hatiku berperang, bergejolak pertarungan kata-kata antara Ego dan Hatinya.<br />
<br />
“ Sekali lagi, aku yakinkan padamu, Mi. Anis bukan Siapa-siapa lagi untukmu. kamu tak punya hak lagi ngurusin dia..” bisik hati Ku.<br />
<br />
Disini kumelihat atap dinding yang bolong. ku seperti melihat bayangan masa lalunya ketikaku Kabur dan Anis menangis khawatir. Huh!<br />
<br />
<br />
<br />
***<br />
<br />
<br />
<br />
Di kamar ini ku Sejenak Terdiam, mencoba Menerima semuanya yang telah terjadi. Yang Sudah, YA SUDAHLAH!! Mungkin ini adalah akhir dari Perjalananku dengannya,, dan langkah awal tuk melangkah kembali mencari Cinta sejatiku. Kucoba hapus Kesedihannku, Menutup Cerita bersamanya dan membuka Cerita baru. Aku sejenak Tenang, hatiku dan Egoku mulai Selaras, beberapa menit itu telah membuatku melupakan Kepedihanku. Saat ku berpaling ke dinding kumelihat Boneka itu, boneka pemberiaan dari Anis. Huh, kembali Hatiku di Ingatkan kembali oleh Cerita lamaku bersama Anis. “Ya allah kapan ini semua akan berakhir, aku sudah tak tahan atas semua ini. Ya aku mencintainya, aku menyayanginya.. tapi ini semua tak bisa dipaksakan lagi” gemuruh Jiwaku bertanya kepada sang Ilahi.<br />
<br />
Lagi-lagi aku harus berperang dengan Hatiku, entah sampai kapan ini semuanya berakhir… tapi ku tak mau begini, mungkin butuh waktu tuk hapus semuanya.<br />
<br />
Pesanku untuknya ” Cinta ini memang tak Bisa karena Terpaksa, harus keTulusanlah yang bisa membuat Cinta Abadi, tapi bukan inilah Jalan terbaik yang kau Pilih. Tapi ya sudahlah ini semua telah Menjadi Keputusanmu” dan Permintaanku kepadanya ” Be the first woman I knew, my very dear. and looks beautiful and Sholeha always wherever you stepped your steps.<br />
<br />
“ KR-EHB IS TRUE LOVE, AND ALWAYS TOGETHER FOREVER!”<br />
<br />
Past Goodbye, Remember always with me and my story.</div><br />
<br />
<br />
***<br />
<br />
<br />
BC, tempat menetapku sekarang…<br />
<br />
Ciruas, Serang-Banten<br />
<br />
Juni 2011<br />
<br />
Oleh Al-Khoerit<br />
*Al-Khoerit adalah nama pena Elmi Hanjar Bait. <ins style="border: none; display: inline-table; height: 250px; margin: 0; padding: 0; position: relative; visibility: visible; width: 300px;"><ins id="aswift_1_anchor" style="border: none; display: block; height: 250px; margin: 0; padding: 0; position: relative; visibility: visible; width: 300px;"></ins></ins> <h3><br />
</h3></div>Moh. Harishttp://www.blogger.com/profile/02866810122513090523noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2541816430128799759.post-48125784131450446162012-02-08T01:38:00.000-08:002012-02-08T01:38:01.734-08:00Cerpen Remaja : Anita yang Tak Ingin Menjadi Baru<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Tolong! Tolong!”</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhX2JVCCqiY7aDeNaueu4kus777fpA1UY4Zyv8EUpxc38cZWKETsz-abwU9a3-ygJSneWjOt9MJ82caVaqVjM-cOVCss04U-YybyxHPIVpnGKqsBmqbfJWn8dk0obJ_ny9A2bF6_3WbxIA/s1600/Model+rambut.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhX2JVCCqiY7aDeNaueu4kus777fpA1UY4Zyv8EUpxc38cZWKETsz-abwU9a3-ygJSneWjOt9MJ82caVaqVjM-cOVCss04U-YybyxHPIVpnGKqsBmqbfJWn8dk0obJ_ny9A2bF6_3WbxIA/s1600/Model+rambut.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;">Anita berteriak-teriak panik. Berkat kerjaan tangan tugas Seni Rupanya, rambutnya tersemprot lem tembak dan terjadi kekacauan besar karena lengketnya bukan main. Dengan tergesa-gesa ia mencari wastafel dan mulai mencuci. Rambut lurus tanpa modelnya langsung keriting-keriting nggak jelas plus berlumur cairan bening adesif yang menyebalkan. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sekolah sudah sepi. Ia sendirian, terpekur di wastafel, mencuci rambutnya keras-keras, namun tidak berhasil.</div><div style="text-align: justify;">Lantas datang seorang cowok bergaya slengean melihatnya. Dia sempat ngeri lantaran rambut panjang Anita menutupi setengah dari wajah cewek tersebut. Takutnya dia roh halus lagi nyamar. </div><div style="text-align: justify;">Anita sama histerisnya saat muncul bayangan orang di cermin<a name='more'></a>. Spontan ia menjerit-jerit, sampai cowok tersebut mesti membungkamnya! </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Seumur hidup, sepertinya Anita benar-benar hidup tanpa variasi. Nilai sekolahnya nggak merah, tapi nggak gemilang juga. Seragamnya selalu dipakai sesuai peraturan tanpa aksesoris tambahan. Sikap duduknya baik, seperti kursi. Tegak lurus! </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tapi yang paling menonjol darinya ialah model rambut. Dari awal SD sampai sekarang, rambut Anita hanya lurus saja, belah tengah, disisir lurus, digerai. Titik. Selamanya begitu. Nggak ada salahnya, sih. Cuma, beberapa orang jadi agak kasihan sama dia. Tidakkah dia bosan? Pasti jenuh kan, hidup tanpa pernah mencoba gaya rambut baru! </div><div style="text-align: justify;">Anita tak pernah bergeming terhadap komentar mereka. Dia ogah berbuat aneh-aneh. Semua harus aman terkendali! Itulah prinsipnya. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rambut Anita kacau balau. Setengah bagian dari seperempat geraiannya berlumur lem tembak. Uh! Coba tadi dia sedikit lebih hati-hati, pasti lemnya nggak nyasar! </div><div style="text-align: justify;">Cowok tadi, bernama Marlo, mati-matian menahan tawa. Habis, cewek yang biasanya datar ini begitu heboh! </div><div style="text-align: justify;">“Duh, gimana ya?” Anita kelimpungan sendiri. Nyaris nggak peduli dengan tampang konyol Marlo. “Pakai sabun juga nggak mempan!”</div><div style="text-align: justify;">“Sekalian aja dicuci di mesin!” Marlo tak kuat lagi menyimpan geli. </div><div style="text-align: justify;">“Bukannya bantuin, malah ngeledek!”</div><div style="text-align: justify;">“Cuma berusaha jujur, Nit.”</div><div style="text-align: justify;">“Sok akrab deh! Namaku Anita, bukan Nit. Memang tombol telepon apa, nit-nat-nit-nut?”</div><div style="text-align: justify;">Tawa Marlo pun meletus bak Gunung Merapi. Anita lucu kalau lagi panik! </div><div style="text-align: justify;">“Nama saya siapa, coba?” Marlo iseng menguji Anita si jarang gaul. Kadang-kadang Anita suka lupa nama guru. Siapa tahu nama teman sekelas pun lupa.</div><div style="text-align: justify;">“Lupa!” jawab Anita jujur. Masih memikirkan nasib rambut indahnya. </div><div style="text-align: justify;">“Nama saya Marlo, bukan Lupa! Gimana sih?” </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Anita dongkol. Dia pun meninggalkan si Marlo asyik ngakak-ngakak. Biarin ah! Dia tidak akan pernah menolong Anita! Marlo si berantakan tukang bikin kacau kelas. Kerjaannya nggak penting. Ngerjain guru, ngusilin kawan-kawan satu kelas, ngajak semuanya kompak bilang lupa PR. Dia orang pertama yang menyadari bahwa Anita nggak pernah ganti gaya rambut dan dia selalu membesar-besarkan masalah ini. </div><div style="text-align: justify;">Sekarang ia memanggil-manggilnya sok akrab, lagi. </div><div style="text-align: justify;">“Nit! Tunggu! Saya bisa bantu kamu. Serius.”</div><div style="text-align: justify;">Anita malas nengok. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Percaya deh sama Marlo! Sini!”</div><div style="text-align: justify;">Anita siap mengambil langkah seribu. Namun Marlo sudah menghampirinya. Bawa gunting. Mata Anita mendelik. Edan! Mau diapain nih? </div><div style="text-align: justify;">Marlo nyengir. “Gini-gini, saya anak ahli gunting rambut, lho.”</div><div style="text-align: justify;">Perut Anita mulas mendengarnya. Gunting...rambut? </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kadang ada orang yang sulit dianalisis. Contohnya nih, si Marlo. Kelakuannya acakadul (menurut Anita). Mirip monyet ketemu habitat! Cuma kalau diperhatikan, tangannya sangat rapi. Buku pelajarannya nggak menyerupai sayur asin sama sekali. Caranya memakai seragam pun sebetulnya tertib. Bahkan tulisannya bagus! </div><div style="text-align: justify;">Anita duduk pasrah di kursi, menghadap cermin wastafel. Marlo berada di belakangnya, sedang menyisiri rambutnya penuh kecermatan. Cowok ini menyibak keseluruhan rambut Anita menjadi dua bagian. Depan dan belakang. Bagian depan yang bagian ujung bawahnya sudah rusak parah gara-gara lem permanen. Anita merinding. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Rambutmu bagus, Nit,” komentar Marlo sudah persis ibunya—pemilik salon sekaligus ahli tata rambut. “Keramas pakai apa?”</div><div style="text-align: justify;">“Sampo. Masa pakai sabun cuci piring? Itu mah pembantunya temenku. Keramas pakai sabun cuci piring.”</div><div style="text-align: justify;">Marlo melotot. “Masa?”</div><div style="text-align: justify;">“Temenku sendiri kok yang bersaksi.”</div><div style="text-align: justify;">“Temen yang mana, Nit?”</div><div style="text-align: justify;">“Temen sebangkuku.”</div><div style="text-align: justify;">Marlo tersenyum kecil. Rupanya ngobrol juga si Anita sama teman sebangkunya. </div><div style="text-align: justify;">“Nit, rambutnya sedikit ganti gaya nggak apa-apa ya?”</div><div style="text-align: justify;">Sebenarnya sih apa-apa! Anita sampai berpikir akan keramas pakai sabun cuci piring saja—siapa tahu ngefek. Namun entah mengapa, ia juga lelah memikirkan cara kabur. Ia menghela nafas. Sekonyong-konyong Marlo pun memegang kedua pundak Anita. “Jangan tegang, Nit. Nggak bakal botak, nggak. Paling jelek juga gundul, lah.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Entah keturunan siapa, Anita memang sangat statis. Marlo sering membayangkan seperti apa sifat orang tua cewek ini, cuma nggak kebayang. Apakah keluarganya juga statis? </div><div style="text-align: justify;">Akhirnya, waktu bagi rapor tengah semester kemarin, Marlo memperhatikan baik-baik semua orang tua yang datang untuk diajak bicara oleh wali kelas (berhubung saat itu tahun pertama SMA). Pungguk dicinta bulan tiba, Marlo menemukan Anita bersama sepasang dewasa berwajah gembira. Ibunya meriah, berdandan cukup tebal tapi enak dilihat, bajunya berwarna terang. Ayah Anita sendiri berkemeja hijau muda bermimik penuh tawa. Pokoknya, kalau dirancang secara komikal, kesannya ayah-ibu Anita dibuat berwarna, sedangkan Anita hitam putih abu-abu doang. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jangan-jangan ini anak risih sama orang tuanya yang kayak karnaval, sehingga dia memutuskan untuk tetap abu-abu supaya tampak lebih bermartabat? Begitulah pikiran Marlo. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Orang tua kamu kerjanya apa?” Marlo berbasa-basi dengan 'korban' salon dadakannya. </div><div style="text-align: justify;">“Ayah punya peternakan anjing Golden Retriever. Ibu event organizer.”</div><div style="text-align: justify;">“Wah, kerjaannya keren! Orang tuamu asyik, deh, Nit.”</div><div style="text-align: justify;">“Ah, konyol gitu. Nggak terdengar seperti profesi.”</div><div style="text-align: justify;">Deg! Marlo syok mendengar kata-kata tajam Anita. Nih anak standar hidupnya setinggi dan selurus apa, sih? </div><div style="text-align: justify;">“Menurutmu, kerjaannya yang terdengar seperti profesi apa, Nit?”</div><div style="text-align: justify;">“Ya kerja kantoran. Apa kek. Sekretaris. Administrasi. Direktur.”</div><div style="text-align: justify;">Anita berkata diiringi gemetar melihat rambutnya disisir lurus ke depan oleh Marlo, dan pisau gunting menyentuhnya. Menakutkan! </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Kamu pingin hidup kayak apa sih, Nit?”</div><div style="text-align: justify;">“Hidup yang lurus. Nggak aneh-aneh. Cukup itu aja.”</div><div style="text-align: justify;">“Tapi soal rambut boleh dong, aneh-aneh sedikit?”</div><div style="text-align: justify;">Kres! Sejumlah rambut hitam Anita melayang ke bawah. Hatinya mencelos. Habislah. Tamat. Hidupnya tak akan pernah sama lagi. Anita memilih memejamkan matanya. Sekalian biar nggak histeris setiap kali rambutnya terpangkas. </div><div style="text-align: justify;">Marlo tersenyum melihat muka tegang Anita itu. Dalam hati ia berjanji bahwa hasil akhirnya harus membuat Anita terkesima! </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Anita sering baca majalah, kok. Dia tahu, gaya rambut di dunia ada macam-macam. Kadang-kadang timbul keinginan untuk mencoba—tapi dia selalu mengurungnya. Sebelum mendekati perubahan, ia akan langsung diganggu oleh pikiran-pikiran seperti 'nggak cocok', 'kurang bagus', 'aneh'...dan terbayang olehnya muka orang lain kalau melihatnya nanti. </div><div style="text-align: justify;">Akhirnya, seumur hidup ia tetap dengan rambut lurus belah tengah itu. </div><div style="text-align: justify;">Melihat kawan-kawannya seenak perut gonta-ganti, ia bersikap kritis. Ia selalu merasa wajah dan gaya rambut tuh harus pantas. Alhasil, ia hanya bisa iri pada keberanian teman-temannya gonta-ganti gaya rambut—cocok nggak cocok. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sebelum menyuruh Anita membuka mata, Marlo mengagumi karyanya dulu. Ditatapnya wajah Anita yang masih merem; sampai ia curiga jangan-jangan ini cewek ketiduran. </div><div style="text-align: justify;">Poni lurus buatan Marlo menutupi sebagian besar kening Anita yang manis. Cowok ini bangga sendiri. </div><div style="text-align: justify;">Sip! Sekarang waktunya menunjukkan hasil terbaik pada Anita. Marlo agak curiga dia akan marah-marah, panik, atau pingsan (ah, berlebihan). Tapi seorang maestro harus tegas! </div><div style="text-align: justify;">“Nit, buka mata.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Anita membuka matanya perlahan seakan jika ia membelalak akan terdapat mimpi buruk. Ia menatap ke cermin dan sekilas melotot terkejut. </div><div style="text-align: justify;">Namun di hatinya terciprat kegembiraan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Sebelum sempat ditahan, senyum lebar telah berbunga di mukanya. Senang rasanya melihat barang baru: poni. Selain itu, entah dari mana datangnya, Anita merasa jauh lebih manis dan cantik tanpa sanggup menyangkal lagi. </div><div style="text-align: justify;">Marlo langsung nyambar, “Puas, Nit?”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Anita mengangguk tanpa banyak malu-malu. Marlo nyengir dan menyimpan guntingnya. “Cantik kok kelihatannya,” ujar si tukang gunting rambut. </div><div style="text-align: justify;">Daya Anita untuk berpikir negatif mendadak lenyap. Ia cuma berhasil tersenyum lagi. Diucapkannya sepatah kalimat, “Makasih ya, Marlo.”</div><div style="text-align: justify;">“Ah, nggak masalah. Saya seneng bisa bantu. Lagian kamu senyum! Anita kan senyumnya mahal!”</div><div style="text-align: justify;">Anita menunduk malu. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Seisi kelas memuji Anita. Maka ia bercerita mengenai sejarah pergantian gaya rambutnya. Dikatakannya mengenai lem dan Marlo. Cowok itu menyelamatkannya dari rambut rusak permanen sekaligus ketakutannya untuk mengubah sebagian dari hidupnya. Sepertinya ia bakal botak kalau Marlo tak menolongnya. </div><div style="text-align: justify;">Menguping diam-diam obrolan Anita dan cewek-cewek, Marlo senyum sumringah. Bangga! </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>wahhhh Keren neechhh cerita yang di buat temen kita tentang Si anita yang tak ingin berubah gara2 rambut ,..</div>Moh. Harishttp://www.blogger.com/profile/02866810122513090523noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2541816430128799759.post-66829973543626807472012-02-08T01:35:00.000-08:002012-02-08T01:35:42.472-08:00Cerpen Remaja SMA : ANGKASA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <br />
Kelabu. Itulah pancaran mata wali kelasku. Beliau merongrongku dengan kata 'belajar' sepanjang tahun, tetapi aku tidak berniat mendengarkannya. Sampai akhirnya aku menangkap kemendungannya, hingga aku terpuruk penuh rasa salah. <br />
Tega nian aku menyusahkan orang setua ini.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMk8EvOr0RFwLfOh17p_GTBlxZn50tOxXLNNoa_UzTkzMDHZ7QXLcMmGeiS_brDsH0jMxO_a2YZU15dIc0hp9B6DwE76cIrKcK-REyszQPG3uWxXvRlNTaEZ_1zpB39ecPsCl5PlILJ1U/s1600/Angkasa+Walpaper.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMk8EvOr0RFwLfOh17p_GTBlxZn50tOxXLNNoa_UzTkzMDHZ7QXLcMmGeiS_brDsH0jMxO_a2YZU15dIc0hp9B6DwE76cIrKcK-REyszQPG3uWxXvRlNTaEZ_1zpB39ecPsCl5PlILJ1U/s200/Angkasa+Walpaper.jpg" width="200" /></a></div><br />
Beliau menadahi dagunya dengan telapak tangan. Alisnya meliuk-liuk. Kacamata besarnya melorot. Kerut-merut pada paras wali kelasku menunjukkan jumlah kebijaksanaan yang telah ia miliki. <br />
Kebijakan yang selama ini kutolak karena kuanggap terlalu tua. Namun aku salah. Apapun yang terucap dari mulut beliau bukan dusta. Ketika beliau mengganggu waktu bermainku dan menuduhku anak malas, saat beliau berkata aku harus belajar lebih keras, dan segalanya, yang selalu <a name='more'></a> kuabaikan, akhirnya aku gagal. <br />
Gagal dua kali menempuh kelas dua SMA. <br />
Dari bola matanya terlihat sorot mataku. Gelap. Mataku kosong, seperti tidak bernyawa. Layaknya langit mendung nan gelap. Tak ada cahaya di sana.<br />
<br />
Aku lelah menanggung malu. Tetapi aku letih memaksa diri belajar. Padahal aku ingin naik kelas. Semua orang mendukungku. Kemudian godaan datang bertubi-tubi bagiku. Melepasku dari kata rajin. Aku pun terbuai. Pergilah aku meninggalkan meja belajar. Memboloslah aku dari pelajaran paling sulit. Kubuang segala kesempatanku. <br />
Hingga aku menemukan kalimat pernyataan 'tidak naik kelas' di buku raporku. Ini kedua kalinya aku tidak naik kelas. Bodoh sekali, bukan? <br />
Wali kelasku menyanggah. Kamu tidak bodoh. Kamu hanya terlalu tidak peduli pada nasib masa depanmu. <br />
Kalau aku tidak bodoh, mengapa terjadi?<br />
Karena kamu tidak mau sedikit saja menyisihkan waktumu untuk berjuang!<br />
Dengan kesal sekaligus tertohok oleh ucapan sang wali kelas, aku memberengut. Kutinggalkan ruang guru yang gelap, kubanting pintunya, kularikan kakiku sejauh mungkin. Mungkin aku ingin pergi ke tempat main. Mungkin aku hanya mau pulang dan tidur sepuasnya. <br />
Aku ingin kabur dari dunia nyata di mana kita harus terus bekerja susah payah. <br />
Benci! <br />
<br />
Tahun ajaran baru dimulai dengan kehampaan. Teman-temanku yang sudah naik strata ke tingkat terakhir SMA menertawakanku. Mengasihaniku. Menepuk pundakku. Memberiku nasihat basi. Mata mereka menampakkan awan putih. Tanpa beban. Bebas. Lega. Sedangkan aku melihat guntur di mataku. Marah. Kesal. Sesal.<br />
<br />
Kuterobos gerombolan mantan adik kelasku. Kini aku terjebak bersama para berondong! Siapa kalian? Ah, nanti kalian pasti menertawakan aku jika telah tahu kisahku. <br />
Aku masuk kelas. Banyak orang di sana. Menatapku penuh tanda tanya. Tentu saja. Mereka tidak mengenalku.<br />
<br />
Duduklah aku di bangku belakang, sudut kanan. Ini ruang kelasku yang lama. Baunya pun masih sama. <br />
Sekonyong-konyong datang seorang gadis manis berambut keriting kriwil. Ia memberi senyum padaku. Disebutnya sebuah nama: Kirana. Lalu aku membalas perkenalannya. <br />
Ia tampak terpukau oleh namaku, Bintang. Matanya berbinar. Oh, sebuah bulan kemilau! Aku menemukan bulan di mata Kirana. <br />
<br />
Wali kelasku bertanya mengenai kabarku. Ia bilang aku harus berubah tahun ini. Apa yang mesti kuubah? Aku nyaman hidup sesantai-santainya. <br />
Tetapi kamu wajib naik kelas!<br />
Ya. Kalau begitu, bagaimana caranya hidup santai penuh sukses? <br />
Hidup adalah perjuangan. <br />
Kenapa kita harus berjuang?<br />
Wali kelasku, Pak Surya, pun mengalah. Mendesahlah beliau. Kacamatanya dicopot. Tangannya dilipat. <br />
Ia memanggil namaku dan mulai mengusahakan pembicaraan serius antara kami. Dikatakannya bahwa setidaknya, walaupun aku benci SMA dan belajar, aku harus menempuhnya demi kebahagiaan orang tuaku. Lagipula, aku sudah gagal. Gagal adalah awal dari kesuksesan. Seharusnya sejak gagal pertama kali aku diharapkan menyadari kesalahan dan memperbaikinya. <br />
Pak Surya kecewa karena perjuanganku tidak dilakukan dengan serius. Kenapa? tanyanya. Cobalah sekali lagi. Dengan sungguh-sungguh.<br />
<br />
Ingin aku menyumbat telinga dengan gabus. Malas aku mendengar ocehannya. Di sisi lain, petuah-petuahnya memang menyakiti hatiku. Terasa begitu tepat mengenai perasaanku. <br />
Beliau tidak pernah salah bicara. <br />
<br />
Pemilik mata bulan yang masih kecil menghampiriku. Ia menyodorkan catatan Sejarah untukku. Rupanya ia menyadari aku tertidur saat pelajaran, dan, tentu saja, buku catatanku kosong melompong bak kolam renang sedang dibersihkan. Hanya garis-garis yang nampak atasnya. <br />
Aku berterima kasih. Ia mengangguk. Pinjam saja dulu. Aku sudah menggarisbawahi bagian terpenting. <br />
Heran. Jangan-jangan ia agen rahasia dari Pak Surya dalam rangka membuatku tidak tinggal kelas! Kutanyai Kirana tanpa basa-basi. <br />
Ia menggeleng. Dia bilang, ia hanya tidak mau nanti ada satu anak pun yang tertinggal di akhir tahun ajaran. Sialan. Mengena sekali! <br />
Mulai besok jangan tidur di kelas lagi. Nasihat Kirana menggema. Rugi. <br />
<br />
Mataku tetap terasa kering kerontang meskipun aku berusaha membelalakannya. Kutopang daguku. Kutampar pipiku. Namun atmosfer yang dikerubuti debu-debu Matematika gencar menyuruhku terlelap. <br />
Semua keributan di kelas rasanya mengawang dalam kepalaku. Langit di luar mendung. Meniru atmosfer hatiku.<br />
<br />
Lalu datanglah jam istirahat. Segera kuregangkan otot-ototku. Hah. Perutku lapar. Berkeruyuk ia dengan lantang. Kirana menghampiriku secara ajaib, membawa sekotak makanan. Dia tersenyum simpul dan mengajakku makan. <br />
Kalau perut lapar, belajar mana masuk? <br />
Aku merenggut. Aku tidak punya makanan.<br />
<br />
Kotak makanan Kirana yang ukurannya kira-kira sebesar ubin keramik putih dibuka. Rupanya di sana tersaji seonggok sayuran dan empat potong perkedel jagung. Hmm. Menggiurkan. Kirana kemudian duduk di depanku, membawa kantung bekalnya yang tertinggal di mejanya. Dikeluarkannya sekotak nasi. <br />
Pinjam piring ke ruang guru, pintanya.<br />
<br />
Maka aku beranjak dan bertemu Pak Surya sedang mengobrol dengan guru lain. Ruang guru pengap tersebut ramai oleh keberadaan para pahlawan tanpa jasa berbaju rapi. Lantas aku menanyakan pada Pak Surya perihal meminjam piring. Ia pun memberikannya. <br />
Jarang kau makan saat istirahat, Bintang. Siapa teman makanmu?<br />
<br />
Aku cengengesan sendiri. Kusebut nama seorang teman sekelas. Asal saja. Lalu aku berlari keluar. <br />
Kembalikan siang ini, ya!<br />
Aku tiba di kelas. Kirana membaca buku saku berisi moto-moto Latin selama menantiku. Ia segera membagi nasinya dan lauknya. Kami makan bersama sambil mengobrol.<br />
<br />
Diceritakannya soal keluarganya yang ramai. Tentang dua adiknya, ayah pendiamnya, ibu ceriwisnya, bahkan bebek peliharaannya. Ia paparkan padaku buku-buku bacaan favoritnya. Pramoedya. Fira Basuki. Dee. Lalu ada nama Hilman disebutkan juga. Semua genre adalah favoritnya! Kirana pun memberitahuku soal musik. Dia suka jazz. Aku penggemar indie dan The Upstairs.<br />
<br />
Kami tertawa saat seorang teman sekelas masuk dan menuduh kami pacaran. <br />
Seiring kenyangnya perutku, aku semakin gembira. Pelajaran berikutnya, aku menyerap semua kata-kata guru Matematikaku. Aku bahkan berhasil mengerjakan latihan fungsi aljabarku. <br />
Beberapa nomor salah, sih. <br />
Tapi lumayan, 'kan?<br />
<br />
Kami mendapat tugas kelompok. Membaca buku sejarah Indonesia, terutama tentang berkembangnya aneka agama di sana sejak abad sekian dan pengaruhnya pada kebudayaan kita masa kini dan menuliskan inti-inti terpentingnya. Aku disekelompokkan dengan Kirana. Seakan guruku ingin membuat seisi kelas meledek kami karena kami sangat dekat. <br />
Lantas Kirana malah menambah seru anak-anak dengan mengajakku pulang bersama dan mengerjakan tugas di perpustakaan kota. Kota kecil tempat kami tinggal. <br />
Aku setuju-setuju saja. Kapan lagi ada gadis yang mau mengajakku pergi? <br />
Pulang sekolah, ia membawaku ke tempat parkir sekolah. Aku bertanya-tanya. Apa dia membawa mobil atau motor?<br />
<br />
Kamu bisa mengendarai sepeda?<br />
Aku terheran-heran menyaksikan sepeda ontel yang dibawanya. Astaga. Lucu sekali. Sebuah kendaraan tanpa bahan bakar dengan keranjang pada moncongnya dan dudukan boncengan di punggung. <br />
Akhirnya kami berboncengan naik sepeda ontel menyusuri jalan sepi kota kami. Aku di depan, ia di belakang, meremas ranselku supaya tetap seimbang. Betapa imutnya dia, kalau kupikir-pikirkan ekspresinya.<br />
<br />
Siapa kira-kira yang dulu membonceng Kirana? <br />
Kami sampai di gerbang perpustakaan umum. Kami sisiri setiap rak buku sampai menemukan buku yang direkomendasikan guru sejarah kami tersebut. Pustaka tebal tersebut kami bawa ke meja bundar yang tersedia di sana. Kami lalu membacanya bersama seperti anak kecil berbagi dongeng. Sesudah itu mencatat bagian-bagian penting yang ditargetkan guru. <br />
Ia merapat padaku ketika mengingatkanku bahwa ada beberapa hal yang sebetulnya tidak perlu kutulis. Heran. Rasanya perutku mulas. Aku buru-buru mengiyakan ucapannya dan menghapus tulisanku. Ia menyingkir, dan mulasku masih ada. <br />
Hening sejenak. Kami asyik masing-masing. <br />
Aku tak sengaja menggarisbawahi satu kalimat dalam paragraf penting—maksudku agar tidak terlewatkan. Untung aku memakai pensil. <br />
Punya penghapus? <br />
Wah, Bintang! Jangan coret-coret bukunya, dong.<br />
Aku bilang aku tak sengaja. Kirana cekikikan. Dia melempar penghapus ke telapak tanganku. Kutangkap dengan lincah. <br />
Kamu suka olahraga?<br />
Lumayan.<br />
Aku sih tidak. Kecuali bersepeda dan jalan kaki. <br />
Waktu kecil aku juara kelereng segeng main.<br />
Aku juara duduk terlama, kalau begitu.<br />
Kirana pun menertawakan dirinya sendiri. Aku memandanginya penuh kekaguman. Ia nampak bersinar. Di matanya ada kerlipan kemilau. <br />
Mataku sendiri memantulkan cahaya tersebut. Sepertinya di antara langit gelap hampaku muncul secercah cahaya. <br />
<br />
Kirana sangat terbuka padaku mengenai dirinya. Dalam waktu beberapa bulan saja, aku nyaris hafal apa kebiasaannya. Dia pun begitu terhadapku. Padahal aku cukup tertutup. <br />
Tapi Kirana berkata bahwa kelakuanku sangat polos, kadang-kadang. Semua orang mampu mengenali perasaanku tanpa perlu banyak wawancara. <br />
Aku hanya nyengir mendengar komentarnya. <br />
Bersamaan dengan persahabatanku dengan Kirana, aku menyadari bahwa nilaiku naik. Secuil saja, tidak ekstrim. Tapi Pak Surya saja suatu kali memanggilku dan memberiku sekeping coklat koin berbungkus kertas emas. <br />
Hadiah lulus midsemester. <br />
Aku tertawa geli melihat cara ia memperlakukanku seperti anak SD. Perlu upetikah aku untuk melaksanakan hal yang baik? <br />
Ini hanya sebagai penghargaan kecil supaya kau termotivasi untuk meningkatkan nilaimu lebih lagi, Bintang. <br />
Terima kasih, Pak. <br />
Pak Surya barangkali baru pertama kali mendapatkan ucapan terima kasih dariku. Ia melotot. Karena itulah aku dapat melihat langit pada matanya yang kian terang. Oh, Pak Surya. <br />
<br />
Nilai senirupaku terlebih membanggakan lagi. Lukisan pemandanganku dipuja oleh guru seni. Ia bilang, karyaku terasa asli dan penuh penghayatan. Begitulah. Aku sampai menahan nafas karena baru kali ini aku diberi kata-kata semanis itu. Orang tuaku saja tidak pernah bilang begitu. <br />
Aku tidak tahu kamu pandai melukis. <br />
Itu kata-kata Kirana. Ia malah minta aku melukis langit malam dengan bulan dan bintang-bintang kecil untuk dipajang sebagai dekorasi kamarnya. Aku menerima saja kemauannya. Kirana sampai membeli selembar kain kanvas selebar daun pintu. <br />
Sungguh-sungguh buatkan, ya. <br />
Boleh. <br />
Malam itu aku bercokol di rumah dan mengeluarkan cat lamaku yang ternyata sudah kering! Mumpung tidak ada PR dan cerah, aku berjalan ke toko alat lukis terdekat. <br />
Kutelusuri rak demi rak memilih cat berkualitas tertinggi. <br />
Aku pulang membawa cat yang kusukai dan dalam semalam aku menyelesaikan segulung lukisan langit malam yang sarat rasa senang. Keesokan paginya Kirana menerima lukisan tersebut dengan penuh keceriaan. Dia menepuk lenganku entah berapa belas kali saking riangnya. <br />
Terima kasihnya diucapkan puluhan kali setiap menit. <br />
Mengapa kau begitu menyukai langit malam?<br />
Mata Kirana meredup. Tidak sinkron dengan kalimat berikutnya yang ia lontarkan. <br />
Ada kenangan manis tentang langit malam. Aku dan seseorang dulu selalu memandangi langit bersama. Langit malam yang cantik. Aku bulan, dan dia bintangnya. <br />
Perutku mulas. Ia tampak kelam seperti warna langit malam. Kuberanikan diri bertanya siapa orang yang ia maksud.<br />
<br />
Mirip denganmu, sifatnya. Seumuran dengan kita. <br />
Aku bertambah penasaran. <br />
Dia teman lamamu? <br />
Kirana mengangguk pelan. Kalau sekedar teman lama, kenapa seakan ia sangat merindukannya? Mungkinkah figur misterius tersebut adalah kekasihnya? <br />
Mantan pacar ya? Tanyaku, bernada jahil.<br />
<br />
Kirana bahkan tidak tersenyum. Ia malah menatapku gundah. Aku terkejut saat bulan di matanya itu mencair. Leleh seperti kuning telur. Dalam kesunyian, Kirana membiarkan beberapa butir air mata terjun ke pipinya. Aku tidak sempat mengambil lap apapun. Maka kupakai tanganku untuk membantunya mengeringkannya. <br />
Ia menunduk. Kuberi ia peluk. <br />
Sampai akhirnya ia menceritakan semuanya. Segala hal yang dilakukan teman menonton langit malamnya. Seorang laki-laki dari kelas sebelah. Membelikan sekotak biskuit coklat. Memboncengnya ke padang rumput terdekat. Duduk bersamanya, merinci nama-nama bintang. Setiap hari mereka bersama. Tiga bulan yang luar biasa, kata Kirana. Hingga Kirana sadar bahwa temannya itu semakin kurus saja.<br />
<br />
Hingga anak itu tidak pernah muncul di sekolah. Hingga Kirana menemukan namanya di daftar penghuni baru rehabilitasi narkoba. Suatu saat, temannya itu menghilang. Dan terbaca berita di koran bahwa seorang pemuda usia lima belas overdosis di kamar tidurnya sendiri. Kemudian Kirana melihat rumah temannya dikunjungi orang-orang berbaju hitam. Tanda duka. <br />
Kirana selalu menatap langit malam. Ia berharap temannya berbicara lewat kerlingan bintang dan bulan di atas sana. Tapi mustahil! <br />
<br />
Pandanganku pada dunia berubah begitu saja. Aku dan Kirana belajar habis-habisan untuk ulangan umum semester dua ini. Setiap hari kami mengulang pelajaran hari ini di jalan pulang. Kami berpisah di perpustakaan karena letaknya di tengah kota.<br />
<br />
Kurasa aku perlu berjuang kali ini. Aku tidak mau tertinggal lagi, karena aku akan keluar dari sekolah jika sekali lagi aku gagal. Semua dukungan Kirana tentu jadi sia-sia. Betapa bakal marahnya ia jika itu terjadi! <br />
Di sisi lain, sulit bagiku untuk tidak mengikuti semua omongan Kirana yang memotivasi secara luar biasa. Dia jarang membiarkanku menganggur. Setiap aku punya waktu senggang, ia mengajakku tanya jawab Geografi. Ketika aku hampir tertidur di jam pelajaran Matematika, Kirana menggebuk mejaku hingga semua orang kaget. Tapi aku toh langsung cenghar. <br />
Pak Surya menyumbangkan tiga keping coklat koin untukku. Nilaimu naik tiga angka untuk Matematika. Luar biasa. Pertahankan sampai kau lulus SMA. <br />
Beberapa kerlipan mengunjungi tatapanku. Aku merasa bola mataku berbinar cerah. <br />
<br />
Cerah. Mata Pak Surya benar-benar secerah pagi hari. Seakan ada matahari bertengger di sana. Ia menggenggam buku raporku. Setelah dua kali tercap tulisan TIDAK NAIK KELAS di sana, kini terstempel frasa terindah untuk masa ini: NAIK KELAS. Aku, Bintang, naik kelas! <br />
Kirana, yang berdiri di sampingku, tersenyum bangga. Ia juga memeluk buku rapornya. <br />
Kamu hebat, Bintang.<br />
<br />
Itu karena kalian, Pak Surya, Kirana. <br />
Pak Surya lantas berkata pada Kirana: Kenapa kau tertarik untuk memotivasi Bintang?<br />
Kirana hanya menjawab tenang: Karena aku bulan. Bulan adalah sahabat sejati bintang. <br />
Kami para lelaki kebingungan mendengar puisi singkatnya. Kirana lalu berkata bahwa ia tidak tega melihat Pak Surya karena terlalu pusing memikirkan aku. <br />
Pak Surya terkikik dan berpandangan dengan Kirana. Untung saya bocorkan padamu ada seorang anak yang butuh perhatian lebih padamu. <br />
Apa?<br />
<br />
Tapi aku tidak sekedar ingin membuatmu naik kelas, Bintang, kata Pak Surya tanpa bisa kupahami. Kirana adalah teman yang luar biasa bagimu. Tidakkah pada matamu sekarang terlihat banyak bintang bertaburan? Kirana yang memberikannya bagimu. <br />
Kirana dan Pak Surya saling tersenyum. Wah, persengkongkolan macam apa ini? Sejak awal mereka bekerja sama membantingku agar naik kelas! Jadi Kirana bukannya secara spontan tertarik padaku? <br />
Bintang, asal kamu tahu, Kirana pernah sekali dua kali bilang kau sangat baik. Hei, aku tidak sekedar memberimu kenaikan kelas, 'kan?<br />
Aku mengerjap. Kirana lalu keluar dari ruang guru. Pak Surya mengedipkan sebelah matanya. Aku segera paham maksudnya. Kutatap langit cerah di matanya sekali lagi, agar aku punya keberanian. <br />
Kuhampiri Kirana, yang sedang tersenyum sumringah.<br />
<br />
Boleh aku menjadi bintang bagimu? Akan kutemani kau di langit malam yang gelap itu. <br />
Kirana malah menertawakanku. Habis-habisan. Tapi segera ia menghentikan kelakuannya dan menghambur padaku. Dipeluknya aku erat-erat. Perutku mulas tiada tara saking berdebar-debarnya. <br />
Sinar bulan, kelap-kelip bintang, elegannya langit malam. Semua melebur saat kami saling menatap. Kini aku akan menemaninya. Selamanya, kuharap. <br />
<br />
Cerpen Remaja SMA : ANGKASA kerenn ceritanya, hemmm jangan lupa share ,kasi +1 juga yaa kalo kalian suka, mampir juga di sini...<br />
<br />
<br />
</div>Moh. Harishttp://www.blogger.com/profile/02866810122513090523noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2541816430128799759.post-4873329291714563822012-02-08T01:32:00.000-08:002012-02-08T01:32:02.182-08:00Kumpulan Cerpen Romantis 2012<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIYNUyvEw2gyy-VarL7n1MtTMw1tv_1wcMJHfGcYYOgsgqngSILjugbHSrMN96YfyzfqqVX8bfj_nKvyMyHQNHsyHQWJlRODef40fz-nM-TmVz41YduZ7B0ebXJUc07g_KboQlc4fCahg/s1600/Aneka+Baru.png" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="70" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIYNUyvEw2gyy-VarL7n1MtTMw1tv_1wcMJHfGcYYOgsgqngSILjugbHSrMN96YfyzfqqVX8bfj_nKvyMyHQNHsyHQWJlRODef40fz-nM-TmVz41YduZ7B0ebXJUc07g_KboQlc4fCahg/s320/Aneka+Baru.png" width="320" /></a>Sore itu aku duduk2 di teras belakang rumah.sambil liatin ikan hias piaraan papa di kolam kecil samping teras.aku masih memikirkan kata2 Vicka teman baikku di sekolah “mau sampai kapan kamu menjalin hubungan terlarang kamu sama Dicky,inget grace kamu udah di jodohin sama Winston!”.”vick..aku itu masih 18 tahun pernikahan ku sama winston itu toh masih nanti kalo aku lulus kuliah.masih 5 tahunan lagi.aku cinta sama Dicky vick.aku gag cinta sama <br />
<a name='more'></a>Winston.”..”bukannya aku maksa kamu say..tapi kasian dicky nantinya.kamu bisa lihat kan betapa dicky cinta sama kamu…gimana nanti kalo saat dicky semakin mencintai kamu,kamu malah menikah dengan orang lain.pikirin perasaannya dicky”.<br />
<div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">hhuuhh…..Aku menghela napas panjang.rumit nya kisah cintaku…aku hanya ingin bahagia dengan orang yang aku cintai kenapa sesulit ini.bulan depan aku sudah lulus dari SMA itu artinya aku akan ninggalin indonesia.karena mama dan papa ingin aku kuliah di singapore.di kampus yang sama dengan Wins..anak temen papa sekaligus temen kecil aku.orang tuaku dan Wins udah sepakat menjodohkan kami nantinya.awalnya aku setuju2 aja.tapi semenjak aku mengenal dicky semua berubah….. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Grace!! Ada telfon dari Wins”teriak mama dari dalam yang memecahkan semua lamunanku tentang dicky </div><div style="text-align: justify;">“iya ma.. bentar” </div><div style="text-align: justify;">“Halo Grace!”terdengar suara Wins dari seberang sana </div><div style="text-align: justify;">“Hai Wins…tumben telfon aku” </div><div style="text-align: justify;">“Tumben???bukannya emang 2hari sekali aku telfon kamu yaa??” </div><div style="text-align: justify;">“oh eh I iya Wins..lupa..”jawabku gugup </div><div style="text-align: justify;">“Lupa??kamu kenapa sih hun?ada masalah ya kok gak konsen gitu.apa aku ganggu kamu nih” </div><div style="text-align: justify;">“oh…gak kok wins sory sory….lagi banyak pikiran nih biasa deg deg an nunggu pengumuman kelulusan” </div><div style="text-align: justify;">“oh.kamu pasti lulus kok sayang percaya deh sama aku…” </div><div style="text-align: justify;">“Wins sory nih aku ngantuk banget telfonnya besok lagi aja ya…muach ” </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku langsung menutup telfon wins,jujur aku merasa sangat bersalah pada wins.dia selalu baik sama aku.tapi aku malah kaya gini.aku menuju ke kamarku,aku rebahkan tubuh aku.aku mulai memejamkan mataku.setelah itu aku hanyut dalam khayalan ku tentang Dicky </div><div style="text-align: justify;">Esoknya aku menemui Dicky aku ceritakan semua padanya.mulai dari perjodohan ku dengan wins dan tentang rencana papa yang mau nguliahin aku ke luar negri.aku kira dicky akan marah mendengar pernyataan aku,tapi dia malah memeluk aku, </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“aku gak peduli kamu mau menikah dengan siapa nantinya.yang pasti aku bahagia banget bisa merasakan cinta dari kamu.”aduhhh kenapa dicky malah bicara kayak gitu aku malah semakin merasa bersalah padanya </div><div style="text-align: justify;">“kamu kenapa gak marah aja sih dik,aku malah jadi makin sedih denger kamu ngomong kaya gitu” </div><div style="text-align: justify;">“ada suatu hal yang bikin aku gag sedih kamu punya wins,jadi aku bisa tenang sekarang karena ada yang mencintai kamu dan lebih bisa membahagiakanmu nantinya sayang.karena aku gak mungkin selamanya di samping kamu” </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“sayang…kamu ngomong apa sih??”jujur aku merasa ada yang mengganjal dari kata2 diky tadi.merasa sedih gak karuan.perasaan apa ini </div><div style="text-align: justify;">“oiya sayang kamu tinggal 1 bulan kan disini.mending kita susun rencana2 aja yank.pokoknya 1 bulan ini harus kita isi dengan kenangan2 indah yang tak terlupakan.biar gak ada yang menyesal nantinya.okey?” </div><div style="text-align: justify;">aku menganggukkan kepalaku,Diky tersenyum padaku,senyum yang aku rasa aneh.. </div><div style="text-align: justify;">1 bulan terakhirku di indonesia aku lewati berdua dengan dicky.jalan2 ke mall,piknik ke pantai,puncak,hampir semua tempat wisata di kota kami kunjungi.bahagia banget.aku semakin sayang pada dicky.dan semakin gak sanggup meninggalkan dia nantinya.Hari terakhir kami lewati di pantai.Sebuah pantai berpasir putih di tengah desa yang tidak banyak orang yang tahu. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“sayang”kata dicky…”apa sayy…”jawabku .”apa pesan dan kesan kamu selama 1 bulan ini full sama aku??” </div><div style="text-align: justify;">“ya ampunn kaya pelajaran bahasa aja deh kamu pake pesan dan kesan segala” </div><div style="text-align: justify;">“hahaha….iya donk mau rekam nih sayang.aku udah bawa alat perekamnya nih” </div><div style="text-align: justify;">“ihh ya ampun segitunya…ehmm apa ya…bingung sayang” </div><div style="text-align: justify;">“ungkapin apa yang ada di hati kamu.ungkapin semua yang kamu pikirkan tentang aku.siap yaaa” </div><div style="text-align: justify;">aku mulai mengungkapkan perasaanku </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Dicky sayang…makasih banget buat 1 bulan yang indah ini ya.aku gak akan pernah melupakan kenangan kita ini.aku…sangat sangat mencintai kamu.lebih dari apapun dik.maafin aku gak bisa kasih cinta yang sempurna buat kamu.tapi jujur aku sangat ingin hidup berdua dengan kamu selamanya.maafin aku….”selesai aku bicara aku melihat mata dicky menahan air matanya.ya…Tuhan hancur banget rasanya liat dia nangis kaya gitu.aku merasa jadi orang paling jahat sekarang.aku memeluk dicky erat.dicky pun membalas pelukan aku. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Grace..kamu jaga diri baik2 ya…kamu harus bahagia.dengan atau tanpa aku sayang.meskipun aku gak ada di samping kamu.tapi aku selalu ada di hati kamu sampai kapanpun”kata2 dicky di ucapkan dengan sangat lembut bahkan nyaris tidak terdengar.tapi hati aku bisa merasakan kepedihan yang sangat dalam di hati dicky. </div><div style="text-align: justify;">Besoknya adalah pesta perpisahan di sekolahku.tapi dari tadi aku gak lihat sosok dicky.perasaan kawatir pun muncul di hati aku.aku coba menghubungi ponselnya tapi gak aktif.aku telfon rumahnya pembantunya bilang dicky udah berangkat dari sejam yang lalu.astaga dia kemana.kenapa saat terakhir aku disini kamu malah gak ada dik.kamu dimana??sampai acara selesai dicky gak juga muncul di sekolah.aku berjalan pelan di koridor sekolahku.terbayang masa2 aku dengan dicky.tawa,canda,dan bahkan tangis menghiasi cinta terlarang kami.sayang kamu dimana…aku pengen meluk kamu untuk terakhir kalinya…..sampai di gerbang mama dan papa udah nunggu aku,aku harus berangkat ke singapore hari ini juga.aku menuju ke mobil sambil sesekali menoleh ke belakang berharap dicky datang menghampiri aku.tapi gak ada.aku masuk ke mobil.tapi pandangan ku tetap ke arah belakang.perlahan mobil aku mulai berjalan.belum lama mobil kami berjalan seperti ada yang memanggilku.”Dicky”seruruku </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“kamu kenapa grace..dicky siapa??” </div><div style="text-align: justify;">“aku denger ada yang manggil aku mah”lalu aku menoleh ke belakang tapi gag ada siapa2 di sana.tapi hati aku yakin ada yang memanggilku dan itu suara dicky.aku gak mungkin salah.”gak ada siapa2 sayang”kata papa </div><div style="text-align: justify;">Aku udah pasrah….mungkin Tuhan belum ijinkan aku bertemu dengan dicky…tapi aku berjanji pada diriku sendiri aku pasti kembali ke sini. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: center;">***</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">2 tahun kemudian…….. </div><div style="text-align: justify;">aku mengambil cuti kuliah 1 bulan.dan memutuskan untuk pulang ke indonesia.aku kangen sama mama papa.dan yang pasti aku sangat merindukan dicky.seperti apa dia sekarang….senyumku mengembang membayangkan Wajah Dicky.gak sabar pengen langsung menemuinya.siang itu juga aku pamit sama mama mau pergi ke rumah vicka.sesampai di rumah vicka dia menyambut aku dengan kebawelannya yang khas. </div><div style="text-align: justify;">“Gracee!!! Ya ampun kangen banget, kapan sampe sini kok gak kabar2 aku sihh..jahat banget,masuk dulu yuk” </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“iya iya tapi abis ini anterin aku ke tempat dicky yaa..” </div><div style="text-align: justify;">Vicka terlihat kaget mendengar ucapan aku.perasaan ku mendadak gak enak. </div><div style="text-align: justify;">“kenapa vick??kok kayaknya kamu kaget banget??” </div><div style="text-align: justify;">“kita ceritanya di dalem aja yaaa” </div><div style="text-align: justify;">sesampainya di dalem vicka suruh aku duduk di kamarnya.vicka kelihatan sangat serius.mau gak mau aku jadi semakin gak tenang </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“kenapa vik?ada apa sebenernya.dicky gak apa2 kan dia baik2 aja kan” </div><div style="text-align: justify;">“Grace….maafin aku gak crita soal ini ke kamu.plis janji jangan marah” </div><div style="text-align: justify;">“iya aku janji…” </div><div style="text-align: justify;">Vicka mulai bercerita </div><div style="text-align: justify;">“2 tahun yang lalu saat pesta perpisahan dicky gag bisa dateng ke pesta karena dia mau beliin kamu bunga tapi sayangnya dia malah kejebak macet..hapenya mati dan gak bisa hubungin kamu.saat kamu pulang selang beberapa menit aja dicky dateng dia lari ngejar mobil kamu.tapi mobil kamu terlanjur jauh.dicky teriakin nama kamu sekencang mungkin bahkan banyak yang lihat kejadian itu.lalu ada beberapa tukang ojek yang mangkal di depan sekolah.dicky minjem salah satu motor milik tukang ojek di situ buat ngejar kamu..tapii….”kata2 vicka terhenti.prsaan aku sangat gag karuan saat itu.”tapi apa vik?” </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“tapi naas dicky di tabrak truk dari arah samping grace…..” </div><div style="text-align: justify;">“trus dicky gimana dia gak kenapa2 kan vik dia baik2 aja kan?” </div><div style="text-align: justify;">“setelah kejadian itu dicky masih bisa bernafas grace.orang2 disitu bawa dia ke RS termasuk aku.aku nungguin dia sampai sadar.ayah dan ibunya gak ada yang dateng.sekitar 1 jam kemudian dokter keluar.dokter bilang dicky ingin ketemu aku”aku masuk ke kamar UGD.aku lihat nafas dicky udah tersengal2 grace.dia nitip tape recorder ini buat kamu.dia bilang aku harus jaga kamu.karena dia udah gak bisa lagi jaga kamu.setelah dia mengatakan hal itu.Nafasnya berhenti grace..Dicky udah gak ada.dia udah tenang di sana sayang….” </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku terdiam…tubuh aku jadi sangat lemas mendengar cerita vika. </div><div style="text-align: justify;">“grace jangan diem aja kalo mau nangis, nangis aja gak apa2” </div><div style="text-align: justify;">“DICKY!!!!!!!!!!kenapa secepat ini vick…aku belum bisa ngebahagiain diaa”aku nangis sejadi2nya.menyesal,dan kecewa kenapa di saat terakhir dicky aku gak ada di sampingnya….andai saja waktu itu aku bisa menunggunya sebentar saja pasti gak akan kayak gini jadinya.andai saja waktu aku mendengar suaranya aku mau berhenti! </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku menerima rekaman pemberian dicky dari vika.setelah itu vika mengantarkan aku pulang. </div><div style="text-align: justify;">aku masuk ke kamarku.aku rebahkan tubuhku.aku ambil rekaman dari dicky.aku putar perlahan….ternyata itu adalah rekaman suaraku waktu di pantai di hari terakhir aku bertemu dengannya.aku dengarkan sampai selesai.saat kata2ku di dalam rekaman itu selesai aku meletakkan nya di dada ku.tapi ternyata masih ada suara lagi.ternyata dicky menambahkan isi rekaman itu denagn kata2nya. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dicky::Grace sayang….mungkin memang kisah cinta kita gak sesempurna yang kita inginkan.tapi kamu adalah yang tersempurna yang pernah aku miliki.aku mencintai kamu melebihi diriku sendiri.suatu saat nanti kalau kita ketemu mungkin kamu udah mengendong anak kamu dengan winston yang manis2.dan aku akan memandang kamu dari jauh sayang.aku ikut tersenyum untuk kebahagiannmu.I love You My Princess… </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><blockquote class="tr_bq"><div style="text-align: justify;">Ya..Tuhan..penyeslan yang teramat dalam aku rasakan sekarang….. </div><div style="text-align: justify;">Dicky…aku janji aku akan bahagia buat kamu.tenang di sisiNya ya sayang…..I love You My Soumate….. </div><div style="text-align: justify;">3 tahun kemudian aku akhirnya menikah dengan Winston.kami di karuniai 2 anak….dan memutuskan untuk menetap di singapore.tapi dicky…selamanya kenangan akan dia tidak akan pernah hilang…… </div><div style="text-align: justify;">Love U Dicky…. </div></blockquote><div style="text-align: justify;"><br />
</div>The End</div>Moh. Harishttp://www.blogger.com/profile/02866810122513090523noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2541816430128799759.post-33766349280177437762012-02-08T01:29:00.000-08:002012-02-08T01:29:56.856-08:00Cerpen Sedih : Di Menit Ke 45<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbuIHfiHCRXRL0WpqmjvHspwoLLMnsKqKQy7xnOVFyoJGYXo5YX_yKitYXH7kScvEkO12ScZ2Kb8xYO3kmABQMnZiMrkxh9FngaQC3micFlXogXBa3HntC4NwNymklE_nnTJy6v0lGWL8/s1600/kartun+nangis+Mewek.gif" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbuIHfiHCRXRL0WpqmjvHspwoLLMnsKqKQy7xnOVFyoJGYXo5YX_yKitYXH7kScvEkO12ScZ2Kb8xYO3kmABQMnZiMrkxh9FngaQC3micFlXogXBa3HntC4NwNymklE_nnTJy6v0lGWL8/s320/kartun+nangis+Mewek.gif" width="307" /></a></div><div style="text-align: justify;">“Hha..hha..hha..” terdengar suara desahan nafas dari mulut Lukas yang sedang ngos-ngosan berlari dalam rangka pengambilan nilai lari estafet. Pukul 09:35 WIB cuaca lagi berada pada titik terbaik, sinar matahari bagaikan jarum-jarum yang menghujani tubuh, langit yang begitu menyilaukan seperti bidadari ingin turun dari singgasananya untuk melihat bumi. Saat semuanya mengambil posisi untuk lari, Lukas bersiap mengambil ancang-ancang dan segera melihat jam tangannya. Itulah kebiasaan yang selalu dilakukan Lukas setiap ingin melakukan sesuatu, bukannya iy Mr. Perfect atau Mr. On Time tapi, hanya elergi dengan menit ke 45 karena pada menit itulah selalu terjadi hal yang aneh dalam hidupnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">09:40 WIB, “bersedia….siiaap…yaa” seketika semua <a name='more'></a>pelari pertama berlari bersamaan. Semua perempuan bersorak menyemangati teman-temannya yang sedang berlari demi sebuah nilai dan tibalah saat dimana tongkat estafet akan diberikan pada Lukas yang bersiap sambil melihat jamnya itu. Tepat pada pukul 09:43 WIB Lukas menerima tongkat itu dan berlari secepat mungkin untuk mencapai garis finis sebelum menit ke 45 namun, beberapa saat sebelum menggapai garis finis tiba-tiba 09:45 WIB “bruk..” tanpa sadar tongkat estafet terlepas dari tangan Lukas. “yah..yah..yah… akhirnya menit ke 45 tak menghalangiku tuk menjadi sang juara, akhirnya ^_^…” kesenangan terpancar dari mulut Lukas. 09:50 WIB, “baiklah ankku sekalian, yang jadi juaranya adalah kelompoknya Lukas..” “hore..” lukas yang menyelan perkataan pak guru. “tapi..tapi, karena saat mencapai finis tanpa memegang tongkat jadi, kalian dianggap tak memasuki finis”. “yah…” dengan bersamaan teman lkas berteriak. “makan tuh menit ke 45 mu yang bikin sial itu Luk”. “huff… iy..iy.. nh gue ambil celaka-celaka skalian dengan percikan-percikannya yang mengenai kalian, Puass…???” kata Lukas yang sedikit emosi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">08:10 petang, Lukas lagi asyik-asyiknya telponan dengan dengan seorang gadis yang menarik hatinya yang dipanggilnya Ipe. Ditengah malam yang berselimutkan kegelapan, di tirai langit yang berhiaskan bintang-bintang, dan diantara jendela mungil Lukas larut dalam pembicaraan namun, “tiiit..tiiit..tiiit..tiiit” sambungan telepon terputus, seperti biasanya, pada menit ke 45 panggilan akan terputus jadi, bagi mereka berdua itu adalah hal yang lumrah. Tanpa canggung Lukas kembali menelpon sampai menit ke 45 berikutnya tiba.</div><div style="text-align: justify;">07:13 pagi, saat mentari menyapa dengan cahayanya yang hangat dan langin yang terlihat serasi bersama awan yang berlarian di angkasa, Lukas telah bersiap tuk berangkat ke sekolah ditemani senyuman yang berharap agar tak banyak hal yang nyebelin pada menit-menit ke 45 hari ini. Belum beberapa saat setelah ngucapin kalimat itu, mata yang tak berdosa Lukas melihat sesuatu yang memacu adrenalin dan buat penasaran. Matanya tak sengaja melihat segerombolan orang yang memakai pakaina formal memasuki salah satu bank yang berada 2 blok dari sekolahnya. Namun, bukan pakaiannya itu yang buat penasaaaran tapi, apa yang ada di dalamnya itu yang membuat Lukas bertanya-tanya. Gelagat mereka itu mengingatkan akan film action yang Lukas nonton beberapa jam lalu sebelum iya pergi ke sekolah. “sikap mereka seperti para bandit-bandit texas yang masuk ke kasino untuk merampok, apalagi mereka memakai rompi anti peluru dan mengantongi pistol dan memasukkan AK 47 dalam tas raketnya”. Dugaan Lukas. Karena penasaran, akhirnya Lukas mengikuti orang-orang itu dan iya melihat salah satu dari mereka bergerak ke arah lain sambil membawa sebuah tas besar, karena Lukas lebih mencurigai isi tas itu makanya, iya dengan cegatan mengikutinya. Teryata dugaannya benar, orang itu menaruh bom pada 4 pilar utama gedung. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pukul 08:21 WIB, dengan hati yang sedikit ragu, akhirnya Lukas memberanikan diri untuk menyabotase rencana para bandit-bandit itu. Iya berusaha mendekati meja kasir untuk bisa mengambil telpon dan menelpon polisi. “Duk..duk..duk..duk..” dengan hati yang dek-dekan iya berusaha agar tidak ketahuan saat berbicara namun, baru saja telpon mau diangkat, salah satu dari bandit itu datang tuk mengontrol area sekitar gedung. Akhirnya Lukas berlari ke ruangan lain tapi, ternyata tempat yang dimasukinya adalah tempat penyekapan para sandera, “upps…!!! Bisa-bisa tembus nih kepala kalau ketahuan, hati-hati Luk..hati-hati…”. Lukas segera bersembunyi di bawah meja yang ada di dekatnya. “treng..treng..treng..” suara alarm jam berbunyi. “adduh…!! Nih bener-bener sial nih menit ke 45” katanya dalam hati. “bos, sekarang sudah waktunya kita pergi”. Kata seseorang dari mereka.</div><div style="text-align: justify;">08:33 WIB, “astaga.. kelihatannya harus memakai trik dari Arnold (actor film action kesukaan Lukas), cepat, tepat, akurat, dan kuat”. Dengan percaya diri Lukas keluar dari persembunyiaannya dan berlari dengan cepat keluar dari ruangan itu sambil mengambil sebuah heandphone yang tergeletak di lantai. “huff, ayoo Luk kamu pasti bisa, 911 aku menghubungimu..” berusaha menyemangati dirinya. Sambil menelpon polisi iya terus berlari sambil melihat jamnya yang telah menunjukkan pukul 08:38 WIB. “wadduh…!!! Keberuntunganku hampir habis nih, aku tidak mau mati di tempat seperti ini, saatnya rencana B..” keyakinan Lukas yang telah ngos-ngosan berlari. Rencana B adalah bersembunyi ke tempat yang tak mungkin orang lain bisa menemukanmu. Itulah yang sedang iya kerjakan dan akhirnya iy menemukan juga tempat yang tepat yaitu, di fentilasi udara. “hehehehehe… tak sia-sia gue nonton film action terus.” Membanggakan diri. “anak sialan, cepet banget tuh larinya, itu manusia apa monyet..???” kata bandit yang mengejarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">08:43 WIB, terdengar sirine mobil polisi telah meraba telinga Lukas dan setelah merasa aman iya keluar dari fentilasi dan iya segera ketempat bom yang tinggal beberapa menit lagi. Setelah sampai di tempat itu, Lukas baru sadar bahwa apa yang di hadapannya itu adalah bom plastik yang paling berbahaya. “waddduh…!!! Salah sedikit bisa rugi 3 M nih orang tua, huff..” cemas Lukas. Mengingat cara Arnold mematikan bom dalam filmnya, akhirnya Lukas mencoba untuk memotong kabelnya. “ngeeng” suara air liur yang tertelan karena kecemasan. Ada berbagai macam kabel yang ada di bom itu dan salah sedikit aja bisa memicu ledakan lainnya, beberapa menit Lukas bediri di tempat itu namun, iya masih berfikir, kabel apa yang harus iya potong. “tuff..tufff” suara senjata api yang saling beradu. Karena kaget melihat suara itu, tangannya tak sengaja memotong sebuah kabel yang membuat waktunya menjadi 5 detik pada Jam bom tersebut. “addduh..!!!! Selamat tinggal ayah, selamat tinggal ibu, selamat tinggal orang yang menyayangiku, selamat tinggal orang-orang yang membenciku dan selamat tinggal kesialan.” Kepasrahan Lukas. 5 4 3 2 1… “tidakk..” teriak Lukas sambil menutup telinganya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">08:45:10 WIB, “loh koq tidak meledak..???” Lukas keheranan. Iya baru tersadar bahwa pada saat kabelnya terpotong tepat pada menit yang ke 45. “Yes.. akhirnya menit ke 45 telah membawakan kemurahan hatinya padaku…,,, ALHAMDULILLAH.. >_< ,,!!!”. Lukas pun segera melarikan diri dari tempat itu sebelum ada yang melihatnya dan segera kesekolahnya. Walaupun terlambat tapi, iya telah membuat menit ke 45 menjadi sahabatnya… ^_^</div><div style="text-align: justify;"> THE AND </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><br />
<br />
<b>Cerpen Sedih : Di Menit Ke 45 </b>bagaimana ne? bagus gak? jangan mewek yaaaa... heheheh Kalo nagis gak sahabat aneka remaja berarti ^_^.</div>Moh. Harishttp://www.blogger.com/profile/02866810122513090523noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2541816430128799759.post-30316702794531430122012-02-08T01:22:00.000-08:002012-02-08T01:22:08.980-08:00Arti Sebuah Pilihan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYfWLVt2ZIskfVcv-nvZDks1zpZ5vBFFsdEACXyUT9G9WCk8w5ojX5HDN0j1Y9Ue7tyZxKSOA4nxxOHk7QKhqPVEKK9X2v-nj4Z3rbQOhZOejJp0qHc7hjY5f1r3-UDCdKjyFbhP7tPQw/s1600/kehidupan+sesungguhnya.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYfWLVt2ZIskfVcv-nvZDks1zpZ5vBFFsdEACXyUT9G9WCk8w5ojX5HDN0j1Y9Ue7tyZxKSOA4nxxOHk7QKhqPVEKK9X2v-nj4Z3rbQOhZOejJp0qHc7hjY5f1r3-UDCdKjyFbhP7tPQw/s400/kehidupan+sesungguhnya.jpg" width="400" /></a>“Mamaaaaa.......Mamaaa.....jangan pergi Maaaa......tunggu lyla !!”. Dengan tersentak, lyla tersadarkan dari mimpi nya. Jantungnya berdetak dengan cepatnya. Ya dalam beberapa hari belakangan ini wajah mama nya sering sekali muncul mimpi nya itu. “ huufft!! ohh.....ternyata hanya mimpi” pikirnya dalam hati. Keringat tampak mulai membasahi kening lyla.<a name='more'></a> Dia hanya termenung, Nampak sekali ada kesedihan yang cukup mendalam, sejak lyla di tinggalkan oleh mama nya tercinta beberapa tahun yang lalu. Setelah mama nya meninggal kehidupan nya berubah drastis. Sedangkan papa nya setelah perusahaan tempat kerjanya bangkrut kini menjadi pengagguran dan sering mabuk-mabukkan dan menjadi orang yang pemarah. Sering kali pula lyla bertengkar dengan papa nya itu. Lyla merupakan anak tunggal dalam keluarga nya. Jadi tampak jelas betapa sepi nya hidup lyla. “Maaa...kenapa sih harus tinggalin lyla sendiri?? lyla kangen banget ma Mama, lyla ingin sekali ketemu maaaa</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">!!”tanya lyla dalam hati. Airmatanya tampak membasahi kedua bola mata indah yang mulai berkaca – kaca itu. “Hiks...hiks...kenapa mama begitu cepat ninggalin lyla sih??. lyla kembali termenung tak habis pikir. Pikiran nya sangat kacau malam ini karena hampir setiap hari selalu bertengkar dengan papa nya, akibat kebiasaan mabuk nya itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sesaat kemudian ia pun membaringkan kembali tubuhnya di tempat tidur. “besok aku ada janji sama rino. Aku harus cepat - cepat tidur dan bangun pagi-pagi”. Semoga esok pagi ada khabar gembira buat ku”. Pikir lyla dengan penuh harap. Tangan nya kemudian mengusap airmata yang tersisa di pipi nya. Sesaat kemudian lyla sudah kembali tertidur lelap. Meskipun pikirannya masih menerawang jauh di antara kegelapan malam.</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">********</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Duk,,duk,,duk,,duk”. Suara keras dari balik pintu membangunkan lyla dari tidur nya. Dari balik jendela tampak sinar matahari sudah mulai muncul. lyla lalu mengusap mata nya yang masih mengantuk. Sesaat kemudian terdengar lagi suara gedoran dari balik pintu di ikuti suara kasar. “duk..duk..duk. Lil buka pintunya!! papah mau bicara sama kamu!!. bentak papah dari balik pintu.</div><div style="text-align: justify;">“cepetan buka pintu nya!! atau papa dobrak nih!”kata papa yang sudah mulai mengeluarkan kata – kata ancaman. Lyla segera membenahi pakaiannya. Sebelum membuka pintu, lyla menarik nafas dalam-dalam supaya pikirannya tenang sejenak.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lalu pintu itu terbuka. Dari balik pintu terlihat wajah papa yang tampak marah sekali. Nafasnya mengendus-endus tanda emosinya sudah memuncak. “kamu sengaja Yaa tidak membukakan pintu kamar!! Kamu mau melawan papa Haaahh!!. bentak papa pada lyla sambil tangan kanan nya yang mulai terangkat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Tampar aja Pah! Lyla dah siap kok” kalau papah masih belum puas dengan yang semalam” jawab lyla dengan lantang. Matanya dengan tajam menatap papa nya yang kian emosi mendengar jawaban dari lyla.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Papa butuh uang buat beli minuman!” bentak papa. Tangannya kemudian di turunkannya kembali. “Lyla lagi ga punya uang pah. Lagian....kan kemarin-kemarin uang baru aja lyla kasih ke papa”. Jawab lyla sedikit menahan emosinya karena sudah capek bertengkar dengan papa nya setiap saat.</div><div style="text-align: justify;">“Udah habis,” jawabnya singkat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Jangan bohong kamu !!Cepetannnn! Mana duitnya!”. Bentak papa lagi yang sudah sangat tidak sabar.</div><div style="text-align: justify;">“ Beneran nggak ada pah! Periksa aja dompet dan kamar lyla kalau ngak percaya !!” sambil tangan lyla menadahkan tangannya mempersilahkan papa nya memeriksa kamar lyla. Papanya lalu mendorong tubuh lyla dan masuk ke dalam kamarnya. Segala benda-benda yang dia temukan segera di lemparnya begitu saja. Dalam sekejap kamar itu pun menjadi berantakan tak beraturan. Lyla hanya terdiam melihat tingkah laku papa nya itu. Lyla mencoba untuk menahan airmatanya yang mulai keluar. Hati nya terasa sakit sekali melihat papa nya yang tak seperti dulu lagi.</div><div style="text-align: justify;">“Mana dompet kamu!!” tanya papa dengan kesalnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ itu di atas meja belajar lyla” jawab lyla singkat saja. Papa langsung beranjak dari tempat tidur menuju meja yang di tunjuk oleh lyla. Di ambilnya dompet itu, semua isinya dia keluarkan. Didalam nya hanya di temukan selembar uang 10 ribuan saja.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ Cuma segini aja!! jangan bohong kamu!. Mana yang lainya berikan pada papa !!” dengan nada penuh ancaman ke lyla. Lyla hanya menggelengkan kepalanya tanpa berkata sepatah kata pun. “awas yaa...!! kalau papa temukan selain ini tau rasa kamu! Jawabnya singkat sambil matanya terus memperhatikan seluruh kamar lyla. Tak berapa lama pun akhirnya dia pergi begitu saja meninggalkan lyla seorang diri. Seketika itu pun airmata turun dengan derasnya membasahi kedua pipi lyla. Tubuhnya terasa lemas sekali dan akhirnya terjatuh. Lyla duduk bersandarkan titian di tempat tidur, dengan pikiran yang kacau.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ Maaaa....huuu...huuu..huu.. sampai kapan harus seperti ini terus.” Lyla udah nggak tahan lagi maaa..” jawab lyla dengan suara surau nya. Tapi hanya angin sepi yang berhembus menghampirinya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: center;">********</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Suasana taman siang ini keliatan sepi sekali. Padahal hari ini adalah hari minggu, tidak seperti biasanya. “ mungkin karena cuaca mendung kali yaa? Jadi sepi gini” pikir lyla yang terduduk di antara bangku taman. Mata nya menatap ke sana ke mari. Tampaknya dia menunggu seseorang. Ya lyla kebetulan siang ini ada janji dengan rino kekasihnya itu bertemu di taman. Tanpa sadar lyla terlarut dalam lamunan panjang. Entah apa yang dipikirkannya, hanya dia yang tahu. Dan “ Heyyy....melamun aja” diikuti rasa terkejut nya lyla yang tersadar dari lamunannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ kamu mengagetkan aja rin...kemana saja kamu baru jam segini datang!! “ tanya lyla pada rino. “ sory tadi ada urusan kantor bentar....oh ya kamu sudah makan belum lil? Tanya rino mengubah topik pembicaraan. Wajah nya terlihat serius sesekali terkadang tersenyum pada lyla.</div><div style="text-align: justify;">“ Ga rin...aku ga lapar” jawab lyla dengan suara berat. Wajah nya menunjukkan suasana yang sedang mengalami permasalahan yang amat sangat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tiba – tiba tangan rino memegang tangan lyla. Di eratnya tangan yang mungil dan lembut itu. “ kamu pasti habis bertengkar lagi dengan papa mu ya? Kamu yang sabar yaa....mungkin Tuhan sedang memberikan ujian buat kamu...pada akhirnya nanti pun Dia akan memberikan jalan yang terbaik buat kamu Lil” wajah lyla hanya tertunduk mendengar nasehat dari rino. Tak ada sepatah kata pun yang terucap dari mulut nya. Rino terus menatap lyla dengan penuh senyum berharap sang kekasihnya menemukan kembali semangatnya yang hampir habis.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Beberapa saat keduanya hanya bisa terdiam. Lalu rino mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. Sebuah amplop berwarna coklat dia sodorkan kepada lyla. “ nih ambil kalau kamu butuh” jawab rino. Lyla hanya tertegun melihatnya, lalu di terima nya amplop itu dengan kedua tangannya. “ maafkan aku rin kalau sudah merepotkan kamu...aku janji kok kalau sudah punya uang pasti aku ganti “ jawab lyla. Rino hanya mengangguk sambil tersenyum.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ udah ga usah di pikirin cara bayarnya...kapan – kapan aja ga apa – apa kok, lagian aku juga ikhlas ngasih nya ke kamu”</div><div style="text-align: justify;">Tampak binar mata nya memandang wajah rino dengan pekat. Senyum dan kesedihan menjadi satu dalam diri lyla. Di satu sisi ia merasa tak enak hati karena telah merepotkan kekasihna itu, tetapi di lain sisi ia tak punya pilihan lagi.</div><div style="text-align: justify;">“ heyy...kenapa diam!!” tangan lembut rino menepuk bahu lyla dan matanya memandang lyla penuh senyum.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ sekali lagi terima kasih ya rin. Aku janji kalau sudah punya uang akan ku bayar segera”. Setelah itu kedua insan manusia yang sedang di mabuk asmara itu hanya terdiam membisu menemani awan yg kian gelap. Dan hari pun semakin sore.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: center;">**********</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Dari mana saja kamu!!” wajah nya tampak penuh amarah memandang lyla. Lyla hanya menoleh sebentar lalu tampak acuh membiarkan begitu saja sesosok pria separuh baya yang adalah papa nya sendiri dan lalu melangkah menuju kamarnya.</div><div style="text-align: justify;">Melihat tingkah laku lyla membuat amarahnya semakin memuncak di hampiri nya anak semata wayangnya itu, lalu tiba – tiba.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ awww....sakit pah!!! di tariknya rambut lyla yang panjang sebahu itu dengan kuat oleh si papa. Lyla hanya bisa meringis menahan sakit. Lalu di ambilnya dengan paksa tas lyla.</div><div style="text-align: justify;">Wajah nya berubah gembira saat ia menemukan sebuah amplop berisi uang pemberian rino dari dalam tas lyla.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dengan sekejap lyla langsung menghampiri sang ayah tercinta dan berusaha merebut nya kembali. Dan “plakkkk” sebuah tamparan yang kuat mengenai pipi lyla. Lyla terjatuh, akan tetapi tangannya masih sempat meraih kaki sang papa untuk menahan nya yang hendak pergi.</div><div style="text-align: justify;">“jangan pa itu lyla pinjam dari rino” pinta lyla dengan sangat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“perduli setan!! Mo dari rino kek, dari siapa kek papa ga perduli” jawab papa dengan lantang.</div><div style="text-align: justify;">“ hahaha akhir nya malam ini papa bisa minum sepuasnya”</div><div style="text-align: justify;">“pah... jangan di ambil pah!!! itu buat kehidupan kita sehari – hari !!”</div><div style="text-align: justify;">Lyla memegang erat kaki papa nya dan memohon dengan sangat. Memohon agar papa lyla mengurungkan niatnya itu. Akan tetapi, dengan tanpa pikir panjang lalu di dorongnya tubuh lyla hingga akhirnya ia tersungkur ke lantai.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ kamu sama saja dengan mama mu itu, lebih baik kamu susul saja mama mu itu ke akherat!!!”</div><div style="text-align: justify;">dengan tawa nya yang keras akhirnya ia pergi begitu saja meninggalkan lyla. Akhirnya ia pun menangis. Dan ia tak bisa menahan emosi lagi dan “ papah jahattttt!!!!” teriak lyla dengan sekuat tenaga di ikuti keheningan malam yang datang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">********</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Telepon di rumah rino tiba – tiba saja berdering, saat itu ia sudah mulai akan beranjak tidur. Lalu segera di angkatnya telp itu.</div><div style="text-align: justify;">“ rin.....ini aku lyla” jawab lyla dengan suara yang berat.</div><div style="text-align: justify;">“ooo kamu lil.......tumben malam – malam telp? Kamu kenapa lil ada masalah lagi dengan papa mu ya?” simpati rino mendengar suara yang tidak biasa nya dari lyla.</div><div style="text-align: justify;">“ ga kok rin aku baik – baik aja, kamu tak usah khawatirkan aku.” jelas lyla, tetapi dalam hati tetap saja rino perduli dengan kekasihnya itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Keduanya sempat terdiam beberapa saat sebelum akhirnya lyla kembali membuka pembicaraan.</div><div style="text-align: justify;">“rin.... terima kasih banyak yach karena selama ini, jika aku selalu punya masalah kamu pasti selalu suport aku. Aku nggak tau lagi harus ngomong apa lagi ke kamu selain kata – kata ini” jawab lyla yang sedari tadi airmata nya telah membasahi kedua mata indah nya.</div><div style="text-align: justify;">“kamu bicara apa sich lil? Aku jujur nggak mengerti maksud kamu?” rino tampak bertanya – tanya dalam hati.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ nggak kok rin....aku cuma pengen ngomong aja ke kamu” sambil menahan tangis dan kesedihan yg di alami saat ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Suara lyla tampak terbata – bata mengucapkan kata – kata yang membuat rino menjadi heran ada apa gerangan dengan sang kekasih hati nya itu. Suasana kembali hening saat keduanya hanya terdiam tanpa sepatah kata pun.</div><div style="text-align: justify;">“ rin....aku....aku...sayang kamu...” tiba – tiba telepon langsung terputus begitu rino mendengar kata – kata sayang yang terucap dari mulut lyla.</div><div style="text-align: justify;">Di cobanya kembali untuk menelpon balik tetapi tidak ada jawaban, tampaknya telp lyla telah non aktif. Rino jadi berfikir – pikir sendiri tentang lyla. Rasa khawatir dan cemas seakan menghantui perasaannya.</div><div style="text-align: justify;">“ rin... maafkan aku yach” ucap lyla dalam hati saat menutup telp itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: center;">*******</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Udara dingin mulai menyelimuti pagi ini. Dari kejauhan tampak sesosok tubuh yang berjalan gontai menuju rumah lyla. Ya dia adalah papa nya lyla yang sedari malam tidak pulang, tampak berjalan dalam keadaan mabuk berat. Dia berjalan memasuki rumah itu tanpa berkata apapun. Matanya sayu berusaha menuju pintu kamar lyla.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ duk...duk..duk..lil buka pintu nya!!!” seperti biasa kata-kata kasar sesekali keluar dari mulutnya.</div><div style="text-align: justify;">Tetapi tidak ada jawaban dari dalam.</div><div style="text-align: justify;">“lil!!! bukaaa!!!” suaranya mulai meninggi.</div><div style="text-align: justify;">Emosinya seketika timbul, di buka nya pintu itu dengan sangat keras hingga menimbulkan suara “brakkk” akhirnya pintu terbuka. Suasana kamar gelap sekali.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Lil dimana kamu !!jangan sembunyi jawabbb !” teriak papa saat memasuki kamar lyla. Dan tiba-tiba......raut wajah nya berubah seketika, sorot mata nya tertuju pada sudut ruangan. Disitu terlihat sesosok tubuh yang tergeletak lemas hampir tak bernyawa. Ia mendekati nya dengan perlahan di pandanginya sesosok tubuh itu yang ternyata adalah lyla putri satu-satu nya itu. Seketika emosi yang tadi nya memuncak berubah, badannya kelihatan kegetaran dan tak bisa bergerak sedikit pun.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ li....lil....lyla” jawabnya dengan suara terbata-bata. Terduduk lah ia sambil memegang tangan dan wajah putrinya itu.</div><div style="text-align: justify;">Sambil meneteskan airmata “ Lil ! Lil ! Bangun Lil.... Ini papa !!” di gerak – gerakkannya tubuh lyla tapi tidak ada jawaban.</div><div style="text-align: justify;">Sekujur tubuh lyla bersimbah dengan darah yang keluar dari lengan tangan kirinya. Darah segar mengalir membasahi lantai kamar.</div><div style="text-align: justify;">“li...lil.....bangun lil... Jangan pergi...” pinta papa dengan suara bergetar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ akhhhhhhhhhh...” di pukulnya lantai kamar beberapa kali sebagai tanda sebuah penyesalan yang amat sangat.</div><div style="text-align: justify;">“ papa yang salah lil !! papa yang salah !!....seharusnya....seharusnya....” sesal nya tanpa bisa menjelaskan lebih panjang. Di benamkan wajahnya ke tubuh lyla, terdengar suarta tangis tiada henti di ucapkannya.</div><div style="text-align: justify;">“ lil !! bangun lil !! jangan Tinggalkan Papa mu ini sendirian !!” tak habis – habisnya ia berkata tak karuan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tiba – tiba sesosok bayangan bergerak memegang nya. Papa lyla tampak kaget begitu tahu bahwa ternyata tangan lyla membelai rambutnya. Di lihatnya wajah lyla yang tengah sekarat itu terlihat tersenyum kepadanya. Antara senang dan sedih yang bercampur menjadi satu di dibelai nya wajah lyla.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“pa......pa........papah.....ga.....salah...kok” terucap kata – kata surau dari mulut lyla. Matanya hanya bisa memandangi wajah papa nya dengan tersenyum.</div><div style="text-align: justify;">“ li.....li....lyla......kangen......sama.....mama”li....lyla.....ingin.....ketemu......sa...sama.....mama....pah”</div><div style="text-align: justify;">jawab lyla dengan suara terbata – bata.</div><div style="text-align: justify;">“ iya lil....papa yang salah...semua karena salah papa....”</div><div style="text-align: justify;">“Ngg.....nggak.....pa....pa....papa....nggak.....salah kok”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“papa.....adalah....orang....yang....penuh tanggung jawab.....pada mama....dan juga....lyla”. Lyla......mau.....papa......seperti...du...dulu....lagi”.</div><div style="text-align: justify;">Dengan mata yang berbinar-binar sambil memegang erat tangan lyla “ lil !! papa janji....mulai hari ini papa akan berubah !!! ya berubah demi kamu putri kecil ku !!”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ I....iya.....lyla....percaya kok” jawab lyla yang terlihat pucat. “ iya papa janji !!! papa janji !! kita mulai lagi kehidupan ini dari awal yach”. Mulai besok ! Papa akan cari kerja, buat menghidupi kebutuhan sehari-hari kita lil !!”.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lyla hanya tersenyum mendengar perkataan dari sang papa. Sesekali airmatanya mengalir membasahi pipinya. Lyla terlihat sangat bahagia melihat perubahan drastis dari papa nya itu. Ia sekan melihat sesosok pria yang ia kenal dulu sebelum mama nya meninggal.</div><div style="text-align: justify;">“ pah...ja..jaga......diri....papa....baik-baik....yach..” seketika suara lyla terhenti, kesadarannya tiba – tiba hilang, tangan yang sedari tadi memegang pun lemas seketika.</div><div style="text-align: justify;">“ Tidakkkkkkkkkkkkkkkk......lylaaaaaaaa !!!!!”</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">*******</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“rin....rin...ini aku maya !!!!” jawab maya dengan tergesa -gesa.</div><div style="text-align: justify;">“ada apa may ?? kok keliatan nya penting banget sampai pagi-pagi telp aku” jawab rino dengan terheran – heran.</div><div style="text-align: justify;">“lil.....lyla rin !! lyla rin !!” hanya itu kata-kata yang terucap dari maya.</div><div style="text-align: justify;">“ lyla kenapa may ?? jawab yang jelas dunk” jawab rino menjadi penasaran apa yang terjadi.</div><div style="text-align: justify;">“lyla......lyla meninggal rin !! lyla meninggal !! jelas maya pada rino.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bagai petir menyambar tubuh nya di pagi hari. Rino tak kuasa menahan gejolak dalam diri nya. Tubuhnya langsung lemas mendengar perkataan dari maya. Telp yang di pegangnya sedari tadi terlepas menghempas lantai. Kekhawatiran yang menjadi kenyataan, ia pun langsung terduduk di lantai di ikuti tangis dan sebuah penyesalan yang amat dalam mendengar berita kematian lyla.</div><div style="text-align: justify;">“Rin ! Rin ! Kamu tidak apa – apa kan ? “ tanya maya berulang – ulang kali di balik telp.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Segera di ambilnya telp itu “ aku nggak apa – apa kok may...” kali ini suara rino terdengar surau tanda ia sangat terpukul sekali dengan apa yang menimpa diri nya.</div><div style="text-align: justify;">Dengan bergegas segera ia menuju rumah lyla di temani oleh maya yang juga menjadi teman baik nya dan lyla.</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">******</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Suasana pemakaman sedikit demi sedikit mulai di tinggal kan oleh para pelayat yang sedari tadi ikut menemani. Cuaca terlihat mendung tanda bahwa sebentar lagi akan datang hujan.</div><div style="text-align: justify;">“ rin..... aku tunggu di mobil ya !! kamu yang tabah..... mungkin tuhan punya jalan sendiri buat lyla. Semoga ia tenang di alam sana” jelas maya memberi semangat pada rino.</div><div style="text-align: justify;">“ iya may.... makasih ya” jawab rino.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah itu maya meninggalkan rino seorang diri. Didekati nya gundukan tanah yang masih merah dan di taburi bunga itu. Terlihat papa lyla duduk dengan tangan memegang erat batu nisan yang tertulis nama lyla.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rino mendekatinya dan duduk berada di samping pria separuh baya itu. “ oom....rino turut berduka cita atas meninngalnya lyla”. Lyla orang yang tegar dalam menghadapi masalah dan rino sangat sayang sekali sama lyla”. Rino ikut sedih atas kematian lyla” jelas rino dengan suara lirih.</div><div style="text-align: justify;">Papa nya lyla pun menoleh dengan di ikuti senyuman ke arah rino. Di tepuk nya pundak rino dengan tangannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ sama – sama nak rin.....lyla pasti juga sangat sayang sama kamu “. seharusnya oom yang berada di dalam kuburan ini bukan lyla....hiks...hiksss...” sesal nya sambil memegang erat batu nisan itu.</div><div style="text-align: justify;">Lalu ia mengeluarkan sesuatu dari saku kemeja hitam nya itu. “ ini kata -kata terakhir yang sepertinya di tulis oleh lyla sebelum meninggal, mungkin ini di tujukan buat kamu rin.....terimalah”.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Di serahkannya sepucuk kertas putih itu kepada rino. Sesaat kemudian ia berdiri dan melangkahkan diri meninggalkan rino, tampak dari kejauhan suara isak tangis nya terdengar tiada henti.</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">******</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Titik – titik air sedikit demi sedikit jatuh ke atas bumi. Nampak nya hujan akan segera turun. Rino masih saja terpaku dengan kenyataan ini, di pandangi nya batu nisan itu oleh rino, di peganginya erat - erat. Terkadang ia pun mencium nya sesekali. “ seandai nya malam itu aku ada di sana.....aku.....aku pasti tidak akan biarkan hal ini terjadi lil !!” sebuah ungkapan dalam hati yang terucap dari mulut rino.</div><div style="text-align: justify;">Lalu di bukanya sepucuk kertas yang di berikan oleh papa lyla kepadanya itu dan ia pun membacanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“dear rino....maafkan aku yach kalau aku tidak bisa menjadi yang terbaik buat kamu. Kamu pasti marah atas tindakan yang aku lakukan ini. Tapi !! tapi !! aku nggak punya pilihan lain rin. Aku sudah bosan dengan kehidupan ku ini. Aku ingin sekali bisa bebas!! lepas layaknya merpati putih di angkasa. Aku ingin menjadi seperti malaikat yang tak pernah mempunyai beban sama sekali. Meskipun aku tahu bahwa tindakan yang aku lakukan ini mungkin salah menurut mu. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rin....selama ini kamu telah banyak membantu aku, di saat aku sedih dan di saat aku senang kamu selalu berada di sisiku. Aku senang sekali rin, kamu sudah memberikan warna dalam dunia ku.....mudah – mudahan kamu mau memaafkan aku. Jujur dalam hati ku, aku sayang sekali sama kamu. Kamu jaga diri baik – baik yach. Mungkin suatu saat nanti kita akan di pertemukan kembali. Yaaaa....suatu saat nanti, dan aku pasti akan menunggu hari itu tiba !!”. luv lyla.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bergetar hati rino membaca surat itu. Airmata nya menetes membasahi kertas itu. Dengan sekejap di peluknya gundukan tanah tempat bersemayamnya lyla. Di genggamnya erat – erat, seakan – akan lyla lah yang ia dekap.</div><div style="text-align: justify;">“ lil.....bodoh kamu....hiks...hiks....kenapa kamu lakukan hal bodoh ini !!”. kamu pasti sadar bahwa perbuatan mu ini tidak akan menyelesaikan permasalahan yang kamu hadapi.... benar kan lil !!” sesal rino dengan tangan memukul – mukulkan ke tanah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ percuma aku menangis.... percuma aku menyesali ini semua....semua ini tidak akan mengembalikan kamu lagi”</div><div style="text-align: justify;">“lil aku janji !! aku juga akan menunggu hari itu..... dan sampai kapan pun cinta ku ini tak akan pernah pudar”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ yaaa....semoga kamu tenang di alam sana” rino mengakhiri pembicaraannya dan berdiri perlahan meninggalkan lyla seorang diri di lubang yang gelap itu. Dan akhirna hujan pun turun mengiringi kepergian rino. <b>End</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Kumpulan Cerita Pendek Remaja : Arti Sebuah Pilihan </b>ini sangat menyentuh banget ya,, moga menjadi inspirasi dalam mengambil keputusan anda, so jangan lupa kirim karya-karya kamu di Aneka remaja !!! <b><br />
</b></div></div>Moh. Harishttp://www.blogger.com/profile/02866810122513090523noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2541816430128799759.post-54505889965662653402012-02-08T01:20:00.000-08:002012-02-08T01:20:10.662-08:00NYANYIAN SAHABAT<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuVT-2uSdodCJU5vhpkLgfJmzMNMzLt6nxg4M2x_bA0Meeto1dIFmFykktEVkKEdWa72VOnuQxoDuPUwDaSyy0mEEmATua4OeK3Y8gsZYtBLDiZvjRMivajdgnjmP_K82iJEO0B51gyBQ/s1600/Cerpen+persahabatan.png" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="134" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuVT-2uSdodCJU5vhpkLgfJmzMNMzLt6nxg4M2x_bA0Meeto1dIFmFykktEVkKEdWa72VOnuQxoDuPUwDaSyy0mEEmATua4OeK3Y8gsZYtBLDiZvjRMivajdgnjmP_K82iJEO0B51gyBQ/s320/Cerpen+persahabatan.png" width="320" /></a>Sudah setengah jam Fia menunggu sahabatnya di bangku taman. Dengan perasaan tak menentu Fia tetap menunggu dan nggak lama lagi orang yang dinanti telah tiba.</div><div style="text-align: justify;">“Put, lo kemana aja sih lama banget gue pikir lo nggak dateng,” kata Fia.</div><div style="text-align: justify;">“Ya maafin gue datengnya terlambat, di jalan motor gue mogok,” kata Putri dengan menunjuk motornya.<a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;">“Ya deh nggak papa Put, yang penting lo dateng.”</div><div style="text-align: justify;">“Emang ada apa sih, kok kayaknya penting banget?” tanya Putri heran.</div><div style="text-align: justify;">“Put, gue baru dapet kabar dari temanya Raffi katanya dia bakal pindah kuliah ke Samarinda ngikut kakaknya,” kata Fia dengan wajah kecewa.</div><div style="text-align: justify;">“Kok gitu .Apa dia nggak sayang lagi sama lo. Maaf Fi, gue keceplosan,” kata Putri.</div><div style="text-align: justify;">“Terus gue harus gimana? Apa gue harus berhubungan sama Raffi dengan jarak jauh. Samarinda itu jauh banget Put?” kata Fia dengan wajah bingung.</div><div style="text-align: justify;">“Ya gak papa lagi Fi, toh dia kan juga punya alasan,” lanjut Putri seraya menduduki kursi taman itu.</div><div style="text-align: justify;">“Put, gue balik duluan ya, Thank’s Put saran lo?” kata Fia sambil berlari menuju sepeda motornya.</div><div style="text-align: justify;">“Yah Fia, gue baru aja duduk belom ada semenit. Mending buka account di twitter aja deh. Hehe,” kata Putri dengan membuka laptop yang dibawanya.</div><div style="text-align: justify;">Di malam hari yang sepi. Tidak ada sms atau pun telpon dari sang kekasih. Fia terus memandangi layar HP-nya berharap ada tanda-tanda Raffi memberi informasi. Namun itu hanya harapan semata. Fia dengan jengkelnya menekan tombol-tombol lalu meleponya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Kenapa sih HP lo nggak aktif?” Fia bergumam dengan jengkelnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Satu jam telah berlalu. Malam terasa semakin larut. Tak lama HP Fia berbunyi.</div><div style="text-align: justify;">“Halo Raf, kenapa lo matiin HP lo tadi? Apa lo udah nggak sayang lagi sama gue?”</div><div style="text-align: justify;">“Fi, ini gue Putri, lo jangan terlalu mikirin Raffi deh. Emang dari tadi Raffi belum ngabarin lo ya?” tanya Putri.</div><div style="text-align: justify;">“Belum Put, mungkin dia udah nggak peduli sama gue lagi.”</div><div style="text-align: justify;">“Mungkin dia terlalu sibuk di sana, sampai nggak sempet ngabarin lo. Mending lo jangan terlalu mikirin itu deh nanti lo sakit lagi,” kata Putri menghibur.</div><div style="text-align: justify;">“Oke Put.”</div><div style="text-align: justify;">“Udah cepet gih sono tidur, besok kan ada kuis nanti lo telat lagi. Lo kalau tidur kan kayak kebo?” ledek Putri.</div><div style="text-align: justify;">“Ah, lo tuh tau aja deh Put? Lo ada dimana-mana gitu?” kata Fia tersenyum.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pagi hari yang cerah. Badan Fia terus menggigil kedinginan. Dengan demam yang cukup tinggi membuatnya tidak bisa berangkat kuliah. Jam dindingnya menunjukkan pukul 08.45 pertanda limabelas menit kuis akan di mulai. HP-nya yang tergeletak tiba-tiba bergetar. Fia harap itu Raffi.</div><div style="text-align: justify;">“Halo…,” jawab Fia dengan suara yang lemah.</div><div style="text-align: justify;">“Fi, lo kemana aja sih? Gue cari-cari kesono kemari nggak ada juga. Kuis mau mulai nih?”, tanya Putri.</div><div style="text-align: justify;">“Put, gue hari ini absen. Asma gue kambuh lagi,” jawab Fia dengan suara yang hampir hilang.</div><div style="text-align: justify;">“Gue anterin lo ke rumah sakit ya Fi?”, tawar Putri dengan cemas.</div><div style="text-align: justify;">“Nggak usah Put. Lo ikut kuis aja. Di sini kan ada Bibi,” jawab Fia yang hampir pinsan.</div><div style="text-align: justify;">“Ya udah deh. Jaga kesehatan lo aja ya jangan sampai ngedrop. Gue masuk kelas dulu ya,” jawab Putri cemas.</div><div style="text-align: justify;">“Iya Put.”</div><div style="text-align: justify;">Pulang kuliah Putri terburu-buru menuju rumah Fia. Dengan hati yang cemas Putri berharap keadaan Fia lebih membaik dari sebelumnya.</div><div style="text-align: justify;">“Fi, Fia…!!!,” teriak Putri mengetuk pintu.</div><div style="text-align: justify;">“Non cari siapa?”, tanya Bibi.</div><div style="text-align: justify;">“Aku cari Fia Bi, ada?”.</div><div style="text-align: justify;">“Maaf non, non Fianya dilarikan ke Rumah Sakit Mutiara Hati tadi pagi oleh keluarganya.”</div><div style="text-align: justify;">“Memang parah ya Bi?, di rawat di kamar apa?” tanya Putri.</div><div style="text-align: justify;">“Iya non, non Fia tadi pingsan dan sekarang di rawat di kamar Melati.”</div><div style="text-align: justify;">“Terima kasih ya Bi,” jawab Putri terburu-buru menuju Rumah Sakit.</div><div style="text-align: justify;">Setibanya di Rumah Sakit, Putri langsung menuju kamar Melati, tempat sahabatnya di rawat.</div><div style="text-align: justify;">“Fia…!!!”</div><div style="text-align: justify;">“Put, lo kok tau kalau gue di sini?” tanya Fia dengan suara lemah.</div><div style="text-align: justify;">“Gue tadi ke rumah lo. Terus Bibi yang kasih tau kalau lo di sini. Jadi gue ke sini Fi,” jawab Putri sedikit lega.</div><div style="text-align: justify;">“Thank’s ya Put, lo dah dateng nemenin gue di sini.”</div><div style="text-align: justify;">“Lo kan sahabat gue Fi. Lo gak papa kan? Lo sakit apa sih?” tanya Putri.</div><div style="text-align: justify;">“Gue udah baikan kok Put, lo nggak usah khawatirin gue kayak gitu. Gue hanya sakit asma Put.”</div><div style="text-align: justify;">“Lo bilang sakit asma? Kok sampai kayak gini? Bilang sama gue yang sebenernya Fi?”</div><div style="text-align: justify;">“Fia mengalami serangan jantung. Dokter bilang umur Fia nggak lama lagi. Kita di sini hanya bisa berdo’a,” jawab Mama Fia meneteskan air mata.</div><div style="text-align: justify;">Sekejab air mata mengalir dari wajah manis Putri.</div><div style="text-align: justify;">“Lo kenapa sih Fi nggak dengerin omongan gue?”</div><div style="text-align: justify;">“Gue nggak papa Put. Lo jangan khawatir gitu. Put, lo mau enggak nyanyiin lagu persahabatan kita, gue pengen denger untuk yang terakhir.”</div><div style="text-align: justify;">“Iya, tapi lo jangan bilang ini lagu terakhir yang lo denger,” jawab Putri.</div><div style="text-align: justify;">Kebersamaan janganlah pernah usai</div><div style="text-align: justify;">Sedih atau senang</div><div style="text-align: justify;">Say hello don’t say good bye</div><div style="text-align: justify;">Percaya padaku semua akan berlalu</div><div style="text-align: justify;">Genggam tanganku</div><div style="text-align: justify;">Hapuslah air matamu…</div><div style="text-align: justify;">Putri menyanyikan lagu persahabatanya untuk Fia dengan meneteskan air mata. Perlahan Fia menutup kedua matanya.</div><div style="text-align: justify;">“Fi, lo enggak papa kan?”, tanya Putri.</div><div style="text-align: justify;">“Nggak, jangan berhenti menyanyikan lagu itu Put,” kata Fia dengan tersenyum.</div><div style="text-align: justify;">Berhentilah manyun</div><div style="text-align: justify;">Mukamu jadi culun</div><div style="text-align: justify;">Mandi atau belum</div><div style="text-align: justify;">Berikan aku senyum</div><div style="text-align: justify;">(ost. SM*SH-Selalu Bersama)</div><div style="text-align: justify;">Lagu yang di nyanyikan Putri dengan suara merdunya sudah usai di nyanyikanya.</div><div style="text-align: justify;">“Fi…!!!”</div><div style="text-align: justify;">“Sayang…,” Mama Fia panik memanggil dokter.</div><div style="text-align: justify;">“Fi, lo harus sadar Fi, lo jangan pergi tinggalin gue Fi. Gue nggak mau kehilangan sahabat seperti lo Fi?” kata Putri juga panik.<br />
<br />
</div><div style="text-align: justify;">Dokter datang untuk memeriksa Fia. Tak lama lagi dokter menemui keluarga yang menunggu di depan ruang ICU.</div><div style="text-align: justify;">“Maaf sekali, Fia sudah tidak bisa tertolong lagi. Kita di sini hanya bisa mendo’akan agar Fia di terima di sisi-NYA.”</div><div style="text-align: justify;">“Fia……!!!!” teriak Putri.</div><div style="text-align: justify;">Putri menyaksikan tubuh sahabatnya yang terbujur dingin. Sejak sahabatnya meninggalkanya, Putri hanya bisa mengenang lagu itu sepanjang hari. Dan tak lama setelah kematian Fia, Putri mendapat kabar bahwa Raffi kekasih Fia di Samarinda tidaklah pindah kuliah melainkan membaringkan tubuh tak bernyawanya di sana. Putri hanya menelan kesedihanya karena ditinggalkan oleh dua sahabatnya itu.</div><div style="text-align: justify;">(By : Wahyu D. Pertiwi)<br />
<br />
Kan udah di bilang kalo <u><b>Cerpen Persahabatan : NYANYIAN SAHABAT</b></u> bikin nangis, ayooo bener gak sedih cerpennya? hhehehe </div></div>Moh. Harishttp://www.blogger.com/profile/02866810122513090523noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2541816430128799759.post-54015914726509106552012-02-08T01:18:00.000-08:002012-02-08T01:18:09.466-08:00Dia Bukan Untukku<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2uevbMpeLll5mWy83KdoB3IB3FnJkiGy8bGDHahLJD0B7AZCKFoURosggoGCMuc_UroCZIo3_VwS8muNmmTfhBZUVgSGK3GlwDvrmvxeMAGvIpdnh15fK0nWG4RwLy3v6H3-eXH9yGBk/s1600/Cerpen+cinta.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="156" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2uevbMpeLll5mWy83KdoB3IB3FnJkiGy8bGDHahLJD0B7AZCKFoURosggoGCMuc_UroCZIo3_VwS8muNmmTfhBZUVgSGK3GlwDvrmvxeMAGvIpdnh15fK0nWG4RwLy3v6H3-eXH9yGBk/s320/Cerpen+cinta.jpg" width="320" /></a></div>Awal masuk sekolah pasti ada MOS yaitu Masa Orientasi Siswa. Aku menginjak ke SMP, bersama teman-teman SD ku dulu aku berkumpul dan membicarakan tentang MOS. “Gadis…,” begitu teman-teman memanggilku. “teman-teman,” kataku menghampiri mereka. “kamu gugus mana?” tanya<a name='more'></a> Vhe, temanku. “ini aku cari-cari namaku gak ketemu-ketemu,” kataku mengusap keringat yang membasahi wajahku. “ya udah kita cari sama-sama yuk,” ajak Ze, temenku. Kami bertiga mencari namaku yang semenjak tadi tak ketemu-ketemu. “Gadis, sini deh,” kata Ze memanggilku. “ada namaku?” tanyaku penasaran. “ini nih kita satu gugus, Gadis Grittenatha Gladia, Zeazahra Modhyantias, Vhealovin Jhuastian,” kata Ze membaca nama kita bertiga. “wah, hebat kau Ze. Dari tadi aku cari-cari gak ketemu,” kataku memuji Ze. “ya udah kita masuk yuk,” ajak Vhe.</div><div style="text-align: justify;"><br />
<br />
<br />
</div><div style="text-align: justify;">Hari pertama MOS itu sangat membosankan bagiku. Apa lagi harus berpanas-panasan untuk upacara pembukaan MOS. Banyak korban pingsan di lapangan sekolah itu. Tenggorokanku mulai kering dan sungguh membuat kepalaku menjadi pusing. Tak lama, aku merasa sudah tak berdaya dan jatuh pingsan. Tak lama aku membuka kedua mataku dan ternyata aku berada di UKS sekolah. Bersama anggota PMR yang menjadi kakak kelasku waktu itu. Aku masih lemas untuk beranjak dari tempat tidur. Dua sahabatku datang menjengukku. Dan aku di tuntutnya untuk berjalan menuju kelas.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sampai di kelas aku menerima materi awal-awal perkenalan. Kutatap wajah seorang cowok yang berada di seberang mejaku saat itu. Sebelum materi di mulai, absensi siswa MOS saat itu di percepat. Berpasang-pasangan. Dan tak kusangka namaku dipanggil dan cowok yang berada di sampingku tadi juga maju dan ternyata dia bernama Arezaldhi Birasanjaya. Setelah tanda tangan kehadiran, kami kembali ke tempat duduk semula.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Materi pembelajaran untuk jam pertama sudah usai saatnya istirahat. Aku, Vhe, dan Ze menyergap kantin sekolah dan berdesak-desakan. Dan kulihat lagi cowok yang mempunyai nama Arezaldhi Birasanjaya sedang asyiknya ngobrol dengan teman barunya di depan kelas. Sepertinya aku merasakan yang namanya cinta pada pandangan pertama. Sudah 15 menit waktu untuk istirahat. Waktunya masuk kembali untuk bermain dan belajar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">MOS sudah berjalan tiga hari. Hari ini adalah hari terakhir MOS. Dengan aturan hari ini, aku memakai kaos kaki berbeda warna, dengan rambut yang di kucir sangat banyak seperti orang gila. Semua murid MOS mengikuti upacara penutupan MOS. Hari yang panas. Terasa seperti di panggang. Banyak korban pingsan di lapangan itu. Akhirnya upacara penutupan MOS dipercepat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: center;">***</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah. Bisa bertemu banyak teman baru. Mereka semua baik kepadaku. Saat aku berkenalan dengan salah satu temanku yang bernama Algea Radista, mataku teralihkan oleh satu sosok yang mungkin pernah aku kenal. Saat ku tatap pekat wajahnya ternyata dialah Arezaldhi Birasanjaya. “Dia kan,” gumamku dalam hati. “halo?Kenapa melongo gitu Dis?” tanya Gea sambil melambai-lambaikan tanganya di depan wajahku. “emm,” aku tersentak olehnya. “kenapa?” tanya Gea penasaran. “oh, ga… gak pa… papa,” kataku gagap. Gea memandangiku dengan wajah bingung. Seperti otaknya penuh dengan tanda tanya. “Gadis…,” sapa Ze dan Vhe. “ehh kalian,” kataku memandang Ve dan Zhe. Vhe dan Ze tersenyum manis kepada Gea. “ini Gea,” kataku memperkenalkan. “aku Vhe,” kata Vhe memperkenalkan dirinya. “aku Ze,” kata Ze juga memperkenalkan dirinya. “so beautiful,” kata Vhe memuji kecantikan Gea. “thank you very much,” kata Gea menjawab pujian Vhe dengan malu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku, Vhe, Ze, dan Gea sudah berteman sangat lama. Sudah lima bulan aku masuk di kelas 7 C. Bersama-sama dengan ketiga sahabatku itu. Tiba-tiba perbincanganku tersentak oleh sosok cowok yang memasuki kelasku. Dia…… Dia…… “Dis, kenapa melongo?” gertak Ze. “eemm, eh, eng… enggak papa,” kataku gugup. “kenapa sih?” tanya Gea. “iya, pelit banget gak mau ngasih tau,” tanya Vhe semakin mendesak. Mereka bertiga melihatku memandangi Arezaldhi sejak tadi. “oo, itu toh yang buat kamu melongo,” ucap Gea menggentakkan jantungku. “siapa, mana?” kataku bertanya-tanya dengan ragu. “itu tuh,” kata Gea menyenggol lenganku dan melirik Arezaldhi. “apaan?”. “sok gak tau nih,” gertak Gea lagi. Aku semakin salah tingkah dibuatnya. Sosok cowok itu pun pergi meninggalkan kelasku. “siapa emangnya?” tanya Vhe dan Ze bersamaan. “Arezaldhi,” kata Gea. “kamu suka ya Dis?” tanya Ze ingin tau. “sok tau kamu Ge,” kataku. “uhuui, jatoh ci’inta agi,” ledek Ze. “apaan sih kalian?” kataku meninggalkan mereka bertiga yang semakin meledekku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Suatu hari acara ulang tahun sekolahku. Setiap kelas harus menampilkan minimal satu pementasan. Semua teman kelasku memilihku untuk menyanyi solo. Tapi aku seorang remaja yang demam panggung. Dan aku pun ditemani oleh Gea yang suaranya lumayan bagus walaupun nggak sebagus suaraku… hehehe J. Malam ulang tahun itu tiba yang memang bertepatan dengan hari ulang tahunku. “grogi aku Ge,” kataku sambil gemeteran. “enjoy saja Dis,” kata Gea memberiku semangat. “aku bener-bener demam panggung,” kataku dengan keringat dingin. “nanti ada Reza kan yang ngeliat?” ejek Gea. “jadi nama panggilanya Reza,” kataku sedikit tersenyum. “iya.” Hari yang membuatku di selimuti oleh kegerogian yang luar biasa. Karena aku dan Gea akan mewakili kelasku untuk memberikan penampilan yang terbaik.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Acara itu pun dimulai. Dimulai dari kelas 9 lalu dilanjutkan kelas 8 lalu menuju kelas 7. Penampilan yang begitu spektakuler telah ditampilkan dengan penuh semangat. Beribu-ribu tepuk tangan mengiri suasana tersebut. Tiba giliran kelas 7 C yang menampilkan aktrasinya. Jantungku semakin berdebar dengan kencang. Keringat bercucuran ke seluruh badan. Dengan genggaman erat tangan Gea aku dengan gugupnya menaiki panggung dan mengecek mikrofon. Tepuk tangan pun mulai terdengar. Seolah aku tak bisa membayangkan diriku nanti. Dentuman musik R&B mulai terdengar. Dalam hitungan detik syair lagu akan mulai dinyanyikan. Gea dengan semangat dan PD-nya menari-nari happy, sedangkan aku … ????</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Keringat bercucuran dari tubuhku. Keringat dingin menyelimuti seluruh tubuhku. Dengan perasaan yang tak karuan aku mulai melantunkan lagu kesukaanku itu. Siswa-siswa bertepuk tangan lama kelamaan aku merasa semakin enjoy. Saat aku menyanyi, aku melihat Reza tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumanya yang tak kalah manis hehe J. Lagu itu pun usai ku nyanyikan. Pertunjukan kurang dua kelas lagi. Ada yang dans, drama, nyanyi, pelawak, sampai dengan band.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hari itu hari yang menyenangkan bagiku. Melihat ia tersenyum kepadaku membuatku semakin bersemangat. “Gadis,” sapa Ze. “Eh, Ze. Yang lain kemana?” kataku balik tanya. “tuh,” kata Ze menunjuk Vhe dan Gea. Vhe dan Gea melambaikan tanganya kepadaku dan Ze. Tiba-tiba Ze menarik tanganku meninggalkan tempat itu. “Gadis, Ze. Mau kemana?” tanya Gea. “bentar aja,” teriak Ze dari kejauhan. Gea mengajakku ke tempat yang sepi, dan Ze tampak serius memandangku. “apa kamu bener suka Reza?” tanya Ze menatap kedua mataku. Aku tidak tau harus berkata apa. Semua kebingunan merasuki otakku. Aku terdiam mematung. “iya,” kataku lirih.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“aku punya informasi tentang si Reza itu,” ungkap Ze. “info apa?” tanyaku kebingungan. “dia sudah mempunyai pacar,” kata Ze berbisik kepadaku. “kamu tau dari siapa?” tanyaku sedih. “kamu tau Viona Adelima kan?” kata Ze menguatkan. “ya.” “dialah pacarnya,” kata Ze. Aku sedikit ragu dan meneteskan air mata. “kenapa aku mencintai orang yang salah selama ini?” kataku menambah tangisanku. Isak tangisku terdengar oleh Vhe dan Gea. “kenapa dia?” tanya Vhe dan Gea. “kamu tidak salah mencintai dia tetapi kamu hanya belum beruntung mendapatkanya,” hibur Ze. Ze berbisik kepada Gea dan Vhe atas semua ini. “sudahlah Dis, kenapa harus menangis karena cinta?” hibur Gea. “iya, dia bukan sosok yang baik untuk kamu. Banyak cowok yang mau sama kamu di luar sana. Bahkan lebih baik dari Reza,” ungkap Vhe memberi semangat. Aku terharu dengan semuanya. Aku memeluk erat tubuh ketiga sahabatku itu dengan penuh keikhlasan dan aku tau dia bukanlah untukku.</div><div style="text-align: justify;">(by : Wahyu D. Pertiwi)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bagai Mana ne <b>Cerpen Cinta</b> bagus Gak..?? hehhe cerpen yang belom di post sabar dolo Yaaaa,,, wasaalam </div></div>Moh. Harishttp://www.blogger.com/profile/02866810122513090523noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2541816430128799759.post-43280571412873071462012-02-08T01:15:00.001-08:002012-02-08T01:15:32.284-08:00Temanmu Temanku<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“asssssiiikkkkk….”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Teriak Diana masuk dalam kelas dan menghampiri bangku yang diduuki teman sebangkunya Asti..</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Hey ti, tau ga? Tadi aku dapet berita katanya temanku smpku mau liburan ke Amerika..”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ucap Diana terlihat sangat senang , dan badanya tidak ikit diam…</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Asti rupanya terlihat bingung, ia mengeritkan dahinya dan bertanya pada Diana.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvs-TrsL7InzLCJV-l-B9NQY2G5ILyFzfv1sYUP5nQj5BnhUrtoIZOgCSztiFIW5GWvXxhqIjJ0jPN_mfPLJbd1gGxYCY4gY-wjKOovS4M4emUxeGv6AJDfDTmgUi2YCFF37bhEJMLZBk/s1600/Aneka+Baru.png" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="70" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvs-TrsL7InzLCJV-l-B9NQY2G5ILyFzfv1sYUP5nQj5BnhUrtoIZOgCSztiFIW5GWvXxhqIjJ0jPN_mfPLJbd1gGxYCY4gY-wjKOovS4M4emUxeGv6AJDfDTmgUi2YCFF37bhEJMLZBk/s320/Aneka+Baru.png" width="320" /></a>“Lalu kenapa kamu yang senang na ? aneh dehhh ?” ungkap Asti sebari mengambil buku dalam tasnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Hemmmmm……hehehe J”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Diana hanya bergumam sebari dia duduk di tempt duduknya biasa dan terlihat tersenyum senyum ga jelas..</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Idihhh kamu ga jelas dehh..di Tanya kok malah cengar cengir ga jelas gitu ..!?”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Diana menghadapkan badanya pada asti, Diana mencolek tangan Asti pertanda agar asti pun ikut menghadap ke arahnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Astipun menghadap. Dan Diana menjawab pertanyaan Asti tadi </div><div style="text-align: justify;">“Iya aku ikut senaglah soalnya…emmmmm” ucap Diana belum selesai..</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Soalnya kenapa ?????”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Iya soalnya aku juga di ajak ma temanku bwat liburan ke Ameika juga .” jelasnya, dina tersenyum senang pada Asti yang terkejut.. </div><div style="text-align: justify;">“wahhh masa sin a ?” Tanya Asti tidak percaya !</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ihhh iya tau, BENERAN !!” jawab Diana meyakinkan Asti.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“hemmm enak kamu “ ungkap Asti sebari mengarahkan badanya lagi kedepan dan membuka buku yang ia keluarkan tadi dari dalam tas. </div><div style="text-align: justify;">“ihhh Asti aku pengen kamu ikut…” rengek Diana.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“emang di bolehin?” Tanya Asti </div><div style="text-align: justify;">“Mungkin aja…!???” ujar Diana.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“hemmm ga munkinlah…jiahhh” celoteh Asti.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bel sekolahpun berbunyi menandakan palajaran kelas pertama akan segera di mulai. Dating seorang wanita setengah bay memasuki kelas, dia adalah Ibu Dewi, guru IPA. Palajaranpun berjalan dengan lancar, jam demi jam di lalui dan tentunya dengan pergantian pelajaran tiap jam sampai tiba waktunya jam pulang. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Diana sampai dirumahnya, lansung saja dia pergi ke kamarnya, ia membuka pintu kamarnya dan ia langsing menyimpan tas sekolahnya di atas kasur ia pun membaringakan badanya dengan keadaan sepatu masih terpakai.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Diana mengambil ponsel yang ada di dalam saku seragam SMAnya. Ia mencari kontak yang bernama Feby pada kontak ponselnya dan akhirnya ketemu. Diana lansung saja menelpon Feby dan bercakap cakap dengan Feby di telpon. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pagi ini Diana sengaja dating lebih awal dari Asti, mungkin akan memberitahukan seseuatu atau mengkin karna Diana memang igin berangakat pagi hari ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Asti tiba, ia lansung saja menghampir tempat duduknya dan terrlihat disana sudah ada Diana, iapun lansung saja melontarkan senyumanya pada Diana.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“hey tumben kamu dating pagi ?) Tanya Asti pada Diana sambil tersenyum dan menyimpan tasnya di kursinya dan ia pun terduduk.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“hehe iya aku lafi rajin” jawab Diana “eh aku ingin menyampaikan berita bahagia untukmu “ lanjutnya. </div><div style="text-align: justify;">“Apa?”Tanya Asti singkat</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“kamu di bolehkan ikut liburan, kmarin aku minta ijin kepada temanku”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“BENERAN na? ihhhhh senenggggggg” ujar Asti terlihat sangat senang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“iya bener ti, aku juga seneng banget bias liburan ke luar negeri sama sahabatku J” </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Seminggu kemudian liburan pun tiba, Diana dan Asti sudah menanti di bandara. Mereka menunggu Feby beserta kakaknya yang tainggal di Amerika dan pulang dulu hanya untuk menjemput adiknya Feby ke Indonesia dan mambawanya ke Amerika.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dari gerbang terlihat kedatangan Feby dan kakaknya, sama seperti Diana dan Asti, mereka membaea koper berisi pembekalan beserta baju baju ganti.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dari kejauhan Feby sudah melambaikan tanganya, aku pun membalasnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Feby menhampiri mereka “heyy kalian sudah lama menunggu ?? J” Tanya Feby pada Diana dan Asti.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ga kok feb J” jawab Diana.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“hey ti katanya ga kan ikut ?” Tanya Feby pada Asti. </div><div style="text-align: justify;">Diana telihat bingung .”loh jadi kalian udaha pada kenal ?”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“haha iya na, kamu ga tau ya? Padahal kita sering membicarakan kamu saat di sekolah” ucap feby .</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Diana menatap Asty kebingungan. Dan Asty hanya bias nyengir pada Diana.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“hehe kita kan temen SD na” kata Asty pada Diana.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ihhhh kamu ga ngomong ya?” ujar Diana kesel.. </div><div style="text-align: justify;">“heheheh kamu ga nanya sihhh J”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“hahahah yasudah yang penting kalian udah tau semuanya kan ?” ucap feby menertawakan tingkah mereka. “dan yang penting na kamu bias liburan sama sahabat sahabat mu yang cantik ini,,,hahah” lanjutnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Diana hanya tertawa geli dan dia terlihat seperti masih bingung.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ayo cepet tuh pesawatnya dah mau berangkat “ ajak kakak Feby pada mereka bertiga. </div><div style="text-align: justify;">“AYYYOOO..” jawab mereka serentak..kakak Feby naya tersenyum melihat tingakah mereka J. Mereka bertiga berjalan bersama sebari menarik kopernya menuju pasawat dan kakaknya Feby jalan di depan mereka. </div><div style="text-align: justify;"><br />
<br />
</div>END</div>Moh. Harishttp://www.blogger.com/profile/02866810122513090523noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2541816430128799759.post-33849101821260467712012-02-08T01:14:00.000-08:002012-02-08T01:14:02.085-08:00PACAR BOONGAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div class="separator" style="clear: both;"><span style="font-size: x-small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU7sfiT9arX7vrSq7MuoK-vm993chQEIA2xAiNpWYu4WQgVFXLnqQVjx85ff7zFVNxgX9FzBJWea9k-5gH5zCsXEEdra8RunIQieJq7eUZNDwPkS9bGq6rEXnzXixwtaGLhDeG0NJ0ZAY/s1600/Cerpen+remaja+SMA.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU7sfiT9arX7vrSq7MuoK-vm993chQEIA2xAiNpWYu4WQgVFXLnqQVjx85ff7zFVNxgX9FzBJWea9k-5gH5zCsXEEdra8RunIQieJq7eUZNDwPkS9bGq6rEXnzXixwtaGLhDeG0NJ0ZAY/s320/Cerpen+remaja+SMA.jpg" width="320" /></a></span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“Pokoknya sebelum kamu lulus SMA tahun ini,kamu harus segera punya pacar”kata mamah tegas pada Ega.</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“ahh…mamah,nggak bisa gitu dong,,Egakan sebentar lagi ujian,masa Ega harus nyari cowo dalam waktu sesingkat itu..lagian Ega belum mau pacaran maa…”Kata Ega balik tegas sama mamahnya,udah berulang kali mamah Ega meminta Ega untuk mencari Pacar,karena Umur Ega sudah cukup Matang untuk mendapatkan seorang Pacar,tapi Ega nggak pernah mau,karena bagi dia,Pacaran bukan suatu hal yang penting,bagi Ega pacaran saat ini juga belum merupakan kewajibannya,ia masih ingin merasakan masa-masa sendirinya tanpa diribetin sama urusan yang namanya cowo.</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">Ega bingung harus ngasih pengertian sama mamahnya dengan cara apa,nggak jarang juga mamah Ega menggretak Ega”kalau kamu nggak bisa bawain pacar disaat kamu lulus tahun ini,mamah akan jodohin kamu sama Rafli…”Ega bner ogah sama yang namanya dijodoh-jodohin,apa lagi sama orang se-<i>trouble</i> Rafli,yang bisanya nyusahin dan nyari masalah..</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“Liat nanti aja deh maa…”Kata Ega langsung ngeloyor pergi</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“Ega,,,mama belum selesai ngomong sama kamu..”Kata mamah stengah berteriak.</span></div><ul><ul><ul><ul><ul><ul><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">***</span></ul></ul></ul></ul></ul></ul><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“gue bingung ko,harus ngasih tau nyokab dengan cara apa lagi,nyokab slalu maksa gue buat nyari pacar,padahal cari pacar sekarang nggak penting…”Kata Ega curhat pada Diko,sahabatnya</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">Diko merapatkan dirinya ke dekat Ega”Gue tahu prasaan lo ga,mungkin nyokab lo nggak mau lo terlalu lama sendiri,apa lagi lo dari dulu belom pernah punya pacarkan,jadi wajar kali nyokab lo nyuruh lo buat nyari pacar,umur lokan udah 17tahun”Jelas Diko panjang lebar.</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“Tapi nggak logis ah,ko,cara nyokab gue nyuruh begitu,gue belum mau pacaran kenapa harus dipaksa-paksain gitu..”Kata Ega</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“hmm..nyokab lo takut lo nggak laku kali..”Kata Diko spontan,seketika bikin Ega lirik sinis kearahnya.</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“hah…sejelek itukah gue?separah itukah?sampai nyokab takut gue nggak laku kalau gue nggak pacaran sekarang”Kata Ega berapi-api”nanti kalau ada saatnya gue juga pasti nyari pacar,,tapi nggak sekarang,lagian umur gue juga masih 17tahun,masih muda kali….”</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“ya..sorry,,,”Kata Diko,tiba-tiba ide cemerlang terlintas dipikiran Diko”Ga,,gue ada ide nih…”</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“Apa ko??”Kemudian Diko membisikkan sesuatu pada Ega”Hah??Pacar boongan?”</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“Iya…”Diko mengangguk mantap”lo nggak mau pacaran dulukan?tapi lo mau nyokab lo berhenti maksa-maksain lo kan?itu cara yang jitu ga,,,didepan nyokab lo pura-pura pcaran sama dia,tapi dibelakang nyokab lo,lo tetep tmenan…”</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“wah,boleh tuh ide lo,,tapi siapa yang mau jadi korbannya?”tanaya Ega bingung.</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“iya juga ya…”Diko ikut berpikir,seketika Ega melirik Diko dengan senyum dengan gerakan muka mengisyaratkan <i>gue tahu</i>”kenapa lo liatin gue gitu?”</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“hehehe,,,gue tahu orangnya siapa…”Kta Ega</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“Siapa Ga?”Tanya diko penasaran</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“Elo…”spontan Ega menunjuk Diko</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“Gue??knapa harus gue?”tanay Diko bingung</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“Karena Cuma lo yang bisa bantuin gue..”Kata Ega tersenyum puas”maukan lo,jadi pacar boongan gue?”</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">Diko menggaruk kepalanya,bingung,akhirnya..”<wbr></wbr>Yaudah deh,gue mau…”</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“ahh Diko,,thanks ya,emang Pacar boongan gue yang terbaik…”Kata Ega reflek memeluk Diko,”uhmhzz..maaf…”</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“ya,nggak apa-apa..”Kata Diko senyum</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“Yaudah,jangan lupa ya nanti kerumah gue,lo nanti bakal gue kenalin sama nyokab gue,,jangan lupa ya sayang…”kata Ega langsung ngeloyor Pergi meninggalkan Diko.</span></div><ul><ul><ul><ul><ul><ul><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">***</span></ul></ul></ul></ul></ul></ul><div><span style="font-size: x-small;"> </span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">Siang hari,Diko dan Ega pulang bersama</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">Saat sampai dirumah,terlihat mamah yang sedang duduk diteras,Ega langsung berlari kecil dan menghampiri mamanya,dan diikuti Diko yang berada dibelakangnya</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“Maa..liat deh,Ega bawa Pacar Ega..”Kata Ega dengan senyum,mamahnya langsung bangkit dari duduknya.</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“ini Pacar kamu Ega?”Tanya mamah,danEga mengangguk mantap</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“oh ya kenalin maa,ini Diko..”Kta Ega ,memperkenalkan Diko.</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“siang tante,saya Diko..”Kata Diko sambil menyalimi mamahnya Ega Ramah,kemudian disambut Ramah oleh mamahnya Ega,lalu mamah Ega mempersilahkan keduanya duduk</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“ngomong-ngomong,kalian kapan jadian…?”Tanya mamahnya Ega membuka percakapan…</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“Ehmm…baru juga tadi tante”kata Diko sedikit gugup</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“oh,ehm..orang tua kamu kerja Dimana?”Tanya mamah Ega kembali</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“Kalau mamah di <i>boutique</i> didaerah Jakarta selatan,kalau papah jadi dokter gigi,di rumah sakit Medistra”Kata Diko mantap.</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“oh,,ehm..tante masuk dulu ya,mau minum apa?”</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“nggak usah repot-repot tante..”Kta Diko menolak Ramah</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“ah,tante nggak repot kok..yasudah tante buatkan minum dulu ya..”kata mamahnya Ega sabil berlalu.</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“Ga,nyokab lo baik banget yaa,,asikk bangett punya nyokab kaya begitu”kata Diko memuji mamahnya Ega,Diko begitu menikmati rumah Ega yang adem dan banyak tanaman anggrek.Ega tersentak kaget mendengar pengakuan Diko barusan.</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“hekk…lo bilang asik punya nyokab kaya gitu?heh,kalau nyokab gue asik,gue ga mungkin disuruh buat nyari pacar,sampai lo harus jadi korban pacar boongan gue”kata Ega panjang lebar.nggak lama mamahnya Ega kembali membawa tiga gelas sirup yang segar.</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“Silakan diminum Diko…”kata Mamahnya Ega ramah</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“aduh,tante jadi ngerepotin nihh….”Kata Diko berlaga malu(malu-malu tapi mau)</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“nggakk kok,diminum dong…”kata mamah Ega ramah sambil mengedarkan senyuman pada Diko dan Ega,lalu mamah Ega melirik jam tangannya”oya,tante jadi lupa,hari ini ada arisan,tante tinggal dulu ya Diko…”nggak lama mamah Ega beranjak pergi,akhirnya Ega bisa terlepas dari adegan pura-pura mesranya bersama Diko,lalu Ega melirik Diko yang begitu menikmati duduk tepat disampingnya.</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“Dik,,uda nggak ada nyokab gue…”Ega mengingatkan Diko,Diko langsung melirik,dengan tatapan senyum nakal <i>gue-udah-pw-neh</i>,lalu Ega menatap Diko dengan mata Garang,dan siap melempar Diko bantal sofa”Lo pindah nggak,apa gue lempar…”Diko langsung loncat dan pindah ke bangku disampingnya,sesaat terjadii keheningan,nggak ada yang berbicara diantara keduanya.</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“rumah lo sepi banget,Ga…pada kemana?”Diko memecah keheningan,pertanyaannya begitu basi.</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“mana gue tahu,tadikan dirumah tinggal 1makhluk,yaitu nyokab gue yang pergi arisan,kalau yang lain nggak tau deh..”kata Ega santai,lalu mulut Diko membulat,kemudian terjadi kembali keheningan,sampai akhirnya suatu suara klakson mobil mengagetkan keduanya,Ega langsung berlari menuju pagar,dan membukakan pagar untuk seorang yang sedari tadi mengklakson mobilnya,yang ternyata itu kak.Egi yang pulang dari kuliah.</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“lo ngelamun ya,apa kuping lo kesumbat kapas,,gue dari tadi klakson mobil,lo kaga nongol-nongol…”kata kak.Egi kesal setelah memasukan mobilnya dalam garasi,lalu kak.Egi melirik Diko,dan Diko tersenyum”oh,jadi lo pacaran,jadi kaga kedengeran ,pantesan ajah..”</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“ett dah lo kak,siapa yang pacaran…”</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“udah,nggak usah ditutupin,akhirnya laku juga lo..hahaha…”kata kak.Egi meledek adiknya,nggak lama <i>pluukk…..</i>”adooww…”</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“makannya kalau ngomong dijaga,,,sembarangan banget lo ngomong,emangnya gue barang bekas apa…”kata Ega puas setelah menyerang kak.Egi dengan sandal <i>high heels</i> mamahnya,yang lumayan bisa bikin kepala memar*sadiiss*</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">Diko yang melihat adegan ribut singkat antara kakak beradik itu hanya bisa terkekeh,lalu Ega kembali duduk di sofa teras bersama Diko</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“wah,parah lo,kakak lo sendiri ditimpuk bgituan..”Kata Diko</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">Ega tertawa puas”hahaha..bodo,lagian tuh orang ngomong sembarangan,emangnya gue barang bekas yang nggak laku-laku apa…”</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“lah,emang iya kan…”Diko spontan,seketika mata garang Ega kembali terlihat,dan siap menimpuk Diko dengan <i>high heels </i> mamahnya yang sebelah,Diko pun tersenyum dan nyengir”PEACE…yakh,,bercanda kok…”</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 05.00,Dikopun pamit pulang,lalu Ega mengantarkannya sampai pagar”eh,jangan kapok ya,kalau main kerumah gue,,terutama sama nyokab,dan adegan rebut gue sama kak.Egi tadi”</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“iya,,tenang ajah,malah seru kali,ngelihat pertandingan langka gratis..hhe…”kata Diko yang mukanya telah berada dibalik helm,lalu Dikopun menancap gas motornya,kemudian Ega kembali kerumah.</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><wbr></wbr><span style="font-size: x-small;"> ***</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">Udah hampir 3bulan Diko menyandang status sebagai pacar bohongan Ega,sejak itu juga kelakuan mamah pada Ega berubah,mamah jadi lebih perhatian sama Ega,mamah juga lebih sering tersenyum,apa yang dia lakukan selalu disertai senyuman,dan tak jarang juga Diko selalu diajak mahnya Ega untuk pergi jalan-jalan,ke arisannyapun Diko bersama Ega diajak,untuk menunjukkan pada rekan arisannya kalau Ega memiliki pacar,tapi untuk Ega ini sangat menyiksa,dia terpaksa membohongi mamahnya,demi bahagia mamahnya,dia juga ga mau selalu dipaksakan untuk segera memiliki pacar.</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">Malam yang begitu tenang,semilir angin menemani kesendirian Ega yang tengah duduk merenung diteras,nggak lama tiba-tiba dia terpikir kelakuannya yang udah membohongi mamahnya,demi untuk membahagiakan mamahnya yang menginginkan dirinya memiliki pacar,laluEga mendongakkan kepalanya keatas langit,ia pun mulai curhat kepada bintang-bintang yang hanya Nampak sedikit dan tidak begitu terang”gue terkesan jahat banget sama mamah,udah bohongin mamah,tapi gue juga nggak mau buat mamah kecewa,gue juga ga mau dipaksain untuk memiliki pacar,gue belum mau pacaran,apa lagi kalau sampai dijodoh-jodohin,gue harus gimana???”tanpa terasa air mata Ega telah mengalir,rasa penyesalan memenuhi perasaannya.</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“kamu harus akhiri semua ini,Ega…”Ega tersentak kaget mendengar suara itu,suara itu amat dikenal Ega,saat Ega menoleh,rupanya suara itu,suara mamahnya</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“mamah…”Ega langsung menghapus airmatanya”sejak kapan mamah disini?”</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“sejak tadi,mamah udah mendengar semuanya sayang..”kata mamahnya menghampiri Ega,Egapun memeluk mamahnya</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“mah,,maafin Ega,ega udah bohong sama mamah,,Ega Cuma nggak mau mamah terus memaksa aku…”Egapun histeris dipelukan mamahnya</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“mamah tau sayang,maafin mamah udah egois sama kamu,harusnya mamah mengerti keinginan kamu,dan harusnya mamah bangga punya anak seperti kamu,dan tidak memaksakan kamu untuk memiliki pacar..”kata mamahnya Ega,suaranya terdengar bergetar,dan nggak lama,air matanyapun jatuh juga ,,merekapun berpelukan,nggak lama sebuah suara mengagetkan keduanya dan keduanya segera meepaskan pelukan dan menghapus air matanya.</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“Ega sayang,,,ayo malam mingguan…”kata Diko,lalu Egad an mamahnya tertawa geli,.Diko nggak ngerti,mengapa mereka jadi tertawa.</span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">“Diko,drama sudah berakhir…,kamu udah nggak perlu jadi pacar bohongannya Ega”kata mamahnya Ega yang masih menahan tawa,Diko jadi tertunduk malu,mukanya memerah menahan malu..-,-</span><span style="font-size: x-small;"> </span></div><div><span style="font-size: x-small;"> </span><span style="font-size: x-small;">************************<wbr></wbr>******************************<wbr></wbr>**************************</span></div></div>Moh. Harishttp://www.blogger.com/profile/02866810122513090523noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2541816430128799759.post-16372961270931555082012-02-08T01:12:00.000-08:002012-02-08T01:12:22.555-08:00Koleksi Cerpen Romantis : Cinta 13 hari<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><u><b>CINTA 13 HARI</b></u></span></div></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjk4SII4u2OAkxyVulLeSmE4kFIlL9oeHBkzP_LqnY6wP8sWa6eZokYmq8xUIrjWLwMAISfzy2BIgDh3x2oWGMJdlm4aaKrif9JtnL17TrQGXMKGyOpSMK-wXDJn6GJ5fkUNdWeJcOuACo/s1600/cinta+13.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="136" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjk4SII4u2OAkxyVulLeSmE4kFIlL9oeHBkzP_LqnY6wP8sWa6eZokYmq8xUIrjWLwMAISfzy2BIgDh3x2oWGMJdlm4aaKrif9JtnL17TrQGXMKGyOpSMK-wXDJn6GJ5fkUNdWeJcOuACo/s200/cinta+13.jpg" width="200" /></a>Icha merebahkan tubuh nya di kursi teras rumah nya , kelihatan sangat lelah sekali , Icha baru pulang sekolah , wajah nya yang merah merona karna terbakar panas matahari tak bisa menyembunyikan rasa lelah dalam dirinya . Tiba- tiba Icha di kejutkan oleh sms dari sahabat nya Renata .</div><div style="text-align: justify;">Renata Message :</div><div style="text-align: justify;">“cha , ntr mlm jd kan nonton konser nya ?</div><div style="text-align: justify;">Harus jadi yach , aku punya 2 tiket nech ?</div><div style="text-align: justify;">Icha Message : <a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;">“ship dah , :)</div><div style="text-align: justify;">Renata Message :</div><div style="text-align: justify;">“okey, kita barengan sepupu aku yach dri luar kota , </div><div style="text-align: justify;">Katanya dia mau ikutan nonton “</div><div style="text-align: justify;">Icha Message :</div><div style="text-align: justify;">“ O.K , </div><div style="text-align: justify;"> Icha pun langsung masuk ke kamar nya untuk beristirahat .</div><div style="text-align: justify;">Nanti malam adalah acara konser dari group band ternama yaitu BONDAN FEAT FADE 2 BLACK , Kebetulan Icha dan Renata salah satu fans nya Bondan so, wajib nonton tuch .</div><div style="text-align: center;">****</div><div style="text-align: justify;">Malam pun ,tiba terlihat Icha sudah siap untuk beranjak pergi bersama Renata .</div><div style="text-align: justify;">Setiba nya di rumah Renata , Icha sedikit heran soalnya dirumah Renata sudah di penuhi oleh kumpulan cowok –cowok dan Icha belum mengenal nya sama sekali .</div><div style="text-align: justify;">“Eh icha , ngapain bengong di luar , mari masuk, sambut Renata .</div><div style="text-align: justify;">“emm, gak kok , sedikit gugup.</div><div style="text-align: justify;">“ohw iya cha , kenalin ini Sepupu aku IVAN , yang aku ceritain td siang , </div><div style="text-align: justify;">“Icha , sambil mengulurkan tangan nya ke arah IVAN, </div><div style="text-align: justify;">“IVAN , sambil tersenyum , </div><div style="text-align: justify;">Tak lupa juga IVAN juga memperkenalkan teman- teman nya kepada Icha .</div><div style="text-align: justify;">Mereka pun berangkat menuju tempat Konser berlangsung .</div><div style="text-align: justify;">Terlihat acara sudah di mulai . Icha dan Renata terlihat senang sekali karna bisa menyaksikan langsung konser itu meski agak sedikit jauh dari panggung .</div><div style="text-align: justify;">Setengah jam konser telah berlangsung , diam- diam Icha memperhatikan Ivan dari kejauhan , </div><div style="text-align: justify;">Sesekali Ivan senyum ke arah Icha ,</div><div style="text-align: justify;">*******</div><div style="text-align: justify;">Pagi yang sangat dingin , berhubung cuaca lagi hujan, Icha terasa enggan membuka mata nya , tapi lama kelamaan , Icha pun dengan terpaksa harus bangun dan harus siap- siap untuk berangkat ke sekolah . </div><div style="text-align: justify;">Icha pun menuju ke meja makan untuk sarapan , sedang asyik nya Icha menyantap makanan nya itu, tiba – tiba hp Icha bergetar. Dari nomor yang tidak di kenal , dan itu membuat Icha penasaran .</div><div style="text-align: justify;">Icha pun membuka pesan itu yang hanya sekedar sapaan selamat pagi .</div><div style="text-align: justify;">Tanpa ada inesial pengirim nya .lalu Icha pun menanyakan si pengirim sms itu .</div><div style="text-align: justify;">Mereka pun saling balas sms , Ternyata si pengirim sms itu adalah IVAN sepupunya Renata ,tapi sms terhenti saat Icha menyakan dapat Nomor hp nya dari siapa .</div><div style="text-align: justify;">Icha sudah menduga kalau Ivan dapat nomor hp nya dari Renata ,secara Renata kan sepupuan sama Ivan . tanpa banyak fikir lagi Icha pun menanyakan hal itu kepada Renata .berhubung Icha dan Renata beda sekolah , Icha hanya bisa menanyakan hal itu kepada Renata lewat sms. </div><div style="text-align: justify;">Icha message :</div><div style="text-align: justify;">“ta, kmu yach yang ngasi nmr hap aq ke IVAN, sepupu mu itu ?</div><div style="text-align: justify;">Renata message : </div><div style="text-align: justify;">“ owh , iyac cha, maaf yach aq lupa ngasi tau km sebelum nya, </div><div style="text-align: justify;">Piece </div><div style="text-align: justify;">Icha message “</div><div style="text-align: justify;">“ yach gk p2 sech , cma wkt aq tnya dpt nmr q dr siapa dia nya gk blz lagi , </div><div style="text-align: justify;">Cuek amat !</div><div style="text-align: justify;">Renata Message :</div><div style="text-align: justify;">“ehehe iyah dia emang rada cuek gt cha , tpi asyik kok anak nya . </div><div style="text-align: justify;">Yach lanjutin aja mz an nya , ehheheh</div><div style="text-align: justify;">Icha Message :</div><div style="text-align: justify;">“ idiiiihhh , cuek gtu ta, gak asyik ta , hemmm</div><div style="text-align: justify;">Renata message :</div><div style="text-align: justify;">“yach , km blm kenal dia lbh jauh sech , coba aja “</div><div style="text-align: justify;">Ehehehe>>></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Icha hanya bisa menarik nafas , melihat sms dari Renata itu , tanpa balik membalas dan berlalu meninggalkan nya . </div><div style="text-align: justify;">Icha asyik dengan buku yang di baca nya , tiba- tiba ia teringat pembicaraan Renata tadi pagi , </div><div style="text-align: justify;">Ivan, iyah untuk kali ini Ivan yang jadi sasaran objek di fikiran nya , </div><div style="text-align: justify;">Sikap Ivan yang cuek , membuat Icha penasaran dan ada rasa ingin lebih jauh mengenal nya , </div><div style="text-align: justify;">Lain hal nya dengan Icha yang sudah terkenal rada “bawell “ dan mungkin seluruh dunia juga tau akan kebawelan nya .</div><div style="text-align: center;">*********<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Waktu terus berlalu , Icha dan Ivan pun semakin akrab , saling berbagi cerita , Ternyata sifat cuek nya Ivan membuat Icha ingin lebih jauh mengenal nya , ada rasa yang tak biasa yang di rasakan oleh Icha , serasa ada getaran dalam jiwa menggugah seluruh tubuh Icha , inikah cinta ? cinta pada pandangan yang untuk kesekian kalinya .Tak dapat di pungkiri , ternyata Ivan juga merasakan hal yang sama . sifat bawel nya Icha membuat ia merindukan nya , >></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sungguh perkenalan yang begitu singkat , seiring berjalan nya waktu , Ivan menyatakan perasaan nya kepada Icha , ,,,, dan itu membuat I cha bahagia, ia tidak menyangka ternyata Ivan juga punya rasa yang sama , tapi rasa suka Icha tak membuat Icha begitu saja menerima Ivan, ia pun meminta waktu kepada Ivan untuk memikirkan semuanya . berhubung Icha dan Ivan tinggal berjauhan , hal itu juga lah yang membuat Icha merasa ragu .<br />
<br />
</div><div style="text-align: center;">******</div><div style="text-align: justify;">3 hari berlalu , dan waktu icha memberikan jawaban kepada Ivan , tak dapat di pungkiri , Icha juga tidak dpat membohongi perasaan nya , ia juga suka sama Ivan , dannnnn>></div><div style="text-align: justify;">Icha pun menerima nya . Icha menerima Ivan sebagai pacar nya. Dua hati menyatu dalam satu ikatan cinta , iyach , Ivan dan Icha , dunia seakan menjadi milik berdua, tak ada yang bisa di ungkapkan Icha selain rasa bahagia , yang mengisi relung hati nya . </div><div style="text-align: justify;">Tak juga ketinggalan Renata sahabat nya Icha pun ikut senang mengetahui hal itu .</div><div style="text-align: center;">*****</div><div style="text-align: justify;">Walaupun Icha dan Ivan terpisah jarak dan waktu , tapi itu tidak menyurutkan niat kedua insan tersebut. Dan mereke punya gelar masing – masing Icha memanggil Ivan dengan sebutan Pangeran Cuek , begitu pula hal nya dengan Ivan memanggil Icha dengan sebutan putri bawel . Itu menambah betapa romantisnya percintaan mereka .</div><div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;">*****</div></div><div style="text-align: justify;">Hari ini Icha merasa perasaan nya tidak enak , keringat dingin bercucuran membasahi tubuh nya , jantung nya berdetag tak menentu . , ia pun hari ini heran akan diri nya , di tambah lagi dari pagi sampai siang begini tidak ada kabar tentang Ivan , tidak seperti biasanya Ivan yang selalu saja sms Icha meski hanya ucapan selamat pagi . </div><div style="text-align: justify;">Pelajaran kosong Icha coba untuk sms Ivan , tapi tidak ada balasan . </div><div style="text-align: justify;">Icha trus bersabar akan hal ini , “duhh , dsar pangeran cuek , kambuh lagi nech penyakit “gerutu Icha dalam hati . Icha pun meminta tolong kepada sahabat nya Renata untuk coba menghubungi Ivan .</div><div style="text-align: justify;">Icha message :</div><div style="text-align: justify;">“ta, maaf ganggu , bsa bantu aq gak ? , pliase ???</div><div style="text-align: justify;">Renata message :</div><div style="text-align: justify;">“gak ganggu kok? Bantu apa, aq usahain .</div><div style="text-align: justify;">Icha message :</div><div style="text-align: justify;">“gini , Ivan dari td pagi susah d hubungin, yach aku takut aja terjadi sesuatu sama dia , ta ?</div><div style="text-align: justify;">Renata message :</div><div style="text-align: justify;"> Cie- cie , khawatir amat nech putri bawel , oke dech ntr aku coba hubungin dia , “</div><div style="text-align: justify;">Icha message :</div><div style="text-align: justify;">“huh dasar , yaa udah jangan ngeledek ! mksih sebelum nya , ntr kabarain aq yach , “</div><div style="text-align: justify;"><br />
<br />
</div><div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;">******</div></div><div style="text-align: justify;">Icha masih gelisah dengan keadaan ini , dan ia juga berusaha untuk tidak terlalu memikirkan hal ini , </div><div style="text-align: justify;">Ia juga berharap semoga Ivan si pangeran cuek baik- baik saja . </div><div style="text-align: justify;">Icha menarik nafas dan ia pun memutuskan untuk kekantin saja sekedar mengisi perut , berhubung lagi pelajaran kosong . dan ia juga mengajak Dian teman sebangku nya itu , tapi ternyata Dian sedang tidak enak badan , katanya sech kepala nya pusing , badan nya panas. Kemungkinan Dian demam , Icha pun tidak tinggal diam , ia pun membawa Dian ke ruang UKS dengan di bantu oleh beberapa teman sekelas nya .</div><div style="text-align: center;">*******</div><div style="text-align: justify;">Setelah dari UKS , Icha pun kembali ke kelas nya dan mengurungkan niat nya untuk ke kantin , tapi ada yang berbeda saat ia kembali ke kelas nya . semua mata tertuju pada nya ada juga yg sedang menertawakan nya .Icha heran , apa ada yang aneh dalam diri nya ? terlihat di pojok kelas si Andre salah satu teman sekelas Icha yang juga rada Jahil sedang memegang hp Icha ,</div><div style="text-align: justify;">Oh mai Gat !!!!!! si Andre lagi asyik membacakan sms dari Ivan . Icha pun dengan cepat merebut hp nya kembali .Betapa malu nya Icha saat itu , semua mata tertuju kepada Icha , di tambah lagi isi dari sms itu adalah kata putus dari Ivan. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hati Icha hancur lebih dari berkeping – keping , .</div><div style="text-align: center;">******<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></div><div style="text-align: justify;">Icha masih duduk di dekat jendela kamar nya , rintikan hujan mewakili hati Icha yang hampir rapuh , Icha masih larut dalam kesedihan nya . dan ia masih tidak bisa percaya bahwa Ivan secepat itu mengakhiri hubungan mereka hanya karna alasan Ivan tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh .Lalu kenapa waktu itu ia ucapkan kata cinta , .</div><div style="text-align: justify;">Icha tersenyum sinis , mengingat hubungan nya bersama Ivan hanya sampai 13 hari saja , </div><div style="text-align: justify;">Dan itulah resiko yang harus Icha nikmati sekarang atas keputusan nya .</div><div style="text-align: justify;">Icha pun di kejutkan sms dari Ivan yang berisikan kata maaf , dan tidak satupun dari sms Ivan di balas nya . </div><div style="text-align: justify;">Malam semakin larut , tpi Icha juga tak bisa memejamkan matanya, Iya pun memutuskan untuk mengambil gitar nya , sekedar menghibur hatinya , mencoba menuliskan tentang perasaan nya , lewat lirik-lirik dan nada –nada jiwanya .<br />
<div style="text-align: center;"><br />
</div></div><div style="text-align: center;">*****</div><div style="text-align: justify;">Renata sudah berada di rumah Icha saat itu , tapi Icha masih belum bangun dari tidur nya , </div><div style="text-align: justify;">“cha , banguuuunnnnnnn,Ya ampunn , , </div><div style="text-align: justify;">Icha pun dengan malas nya terpaksa bangun dari tidur nya , </div><div style="text-align: justify;">“cha ni kamar atau apa sech ? berantakan bgt, “ gerutu Renata .</div><div style="text-align: justify;">Tiba- tiba Renata melihat selembar kertas yang berisikan liri-lirik lagu, >></div><div style="text-align: justify;">“cha , ini apa? Puisi or lagu ? tanya Renata .</div><div style="text-align: justify;">“iseng nulis-nulis lirik semalam, “ jawab Icha.</div><div style="text-align: justify;">“wah , keren aku mau kmu nyanyiin ntr , buat aku , sepertinya ne lagu bgs dech , </div><div style="text-align: justify;">Lihat aja lirik nya menyentuh “ </div><div style="text-align: justify;">“owh ya cha , aku sdah tau apa yag terjadi antara kamu dengan Ivan, </div><div style="text-align: justify;">Maafkan sepupu aku yach , maafkan aku juga , “</div><div style="text-align: justify;">“ehehe , ya udah gak usah di bahas , biarkan berlalu n gak ada yag perlu d persalahkan, “jawab Icha .</div><div style="text-align: justify;"> “ yang sabar yach cha, ya dah sekarang siap- siap kan hari ini aku janji mau nemenin kamu ke sekolah buat nyiapin PENSI besok d sekolah kamu , “celoteh Renata .</div><div style="text-align: justify;">Owh iya ,sekalian aja cha ni lagu kamu bawain pas PENSI besok , yach … yach ..?”bujuk Renata </div><div style="text-align: justify;">“apaa? Gak ! malu di tonton banyak orang , “ jawab Renata .</div><div style="text-align: justify;">“ayolah cha , aku kan pengen denger , pliaseeeeee>>>>>>.</div><div style="text-align: justify;">“hemmm, kita liat saja besok , “jawab Icha singkat .</div><div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;">***</div></div><div style="text-align: justify;">Hari ini di sekolah Icha ada acara PENSI , yaang biasa di gelar setiap tahun nya , dan hari ini juga Renata datang kesekolah Icha , meski harus bolos dari sekolah nya . </div><div style="text-align: justify;">Dan hari ini juga ia akan melihat penampilan Icha , sahabat nya . menyanyikan sebuah lagu yang iya ciptakan semalaman .</div><div style="text-align: justify;">Lagu nya tidak sedih , seperti layak nya orang yang sedang patah hati, hanya saja lirik nya sedikit mewakali apa yang di alami Icha “</div><div style="text-align: justify;">“|CINTA 13 HARI “</div><div style="text-align: justify;">“sungguh bahagia</div><div style="text-align: justify;">Dan sungguh tak ku sangka</div><div style="text-align: justify;">Saat pertama</div><div style="text-align: justify;">Aku kenal dia,</div><div style="text-align: justify;">Tak berlangsung lama</div><div style="text-align: justify;">Perkenalan antara kita</div><div style="text-align: justify;">Dan tiba- tiba saja</div><div style="text-align: justify;">Dia katakan cinta</div><div style="text-align: justify;">Namun semua hanya sesaat saja</div><div style="text-align: justify;">Dan cinta nya hanya sementara</div><div style="text-align: justify;">REFF:Terpaksa aku trima semua</div><div style="text-align: justify;">Kenyataan yang ada meski sakit yang ku rasa</div><div style="text-align: justify;">Cinta nya 13 hari saja</div><div style="text-align: justify;">Namun tak mengapa</div><div style="text-align: justify;">Ku sedikit bahagia</div><div style="text-align: justify;">Mencintai dia ,</div><div style="text-align: justify;">Meski hanya 13 hari saja</div><div style="text-align: center;">*******</div><div style="text-align: justify;">Semua bertepuk tangan melihat penampilan Icha di atas panggung , cukup menghibur semua yang hadir saat itu, terutama Renata , iya pun langsung memeluk Icha saat icha turun dari panggung .</div><div style="text-align: justify;">“chaa kerennn , “</div><div style="text-align: justify;">“terima kasih , ta ,jawab Icha .</div><div style="text-align: justify;">Ini baru sahabat aku , cukup kuat untuk menghadapi semua nya .</div><div style="text-align: justify;">“iya ta, harus , buat apa menyesali yang telah terjadi , aku harus melihat kedepan ta, </div><div style="text-align: justify;">Biarkan semua berlalu , n semua menjadi kenangan hidup ku ,”jawab Icha </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Icha telah melupakan semua nya, tak akan ada lagi ivan, tak akan ada lagi pangeran cuek di hidUP Icha , trus melangkah kedepan , menyongsong masa depan . </div><div style="text-align: justify;">Itu yang sekarang Icha lakukan . </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: center;">SELESAI</div></div>Moh. Harishttp://www.blogger.com/profile/02866810122513090523noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2541816430128799759.post-86340411740424014222012-02-08T01:08:00.000-08:002012-02-08T01:08:36.265-08:00Cerpen Tentang Cinta Bertepuk Sebelah Tangan - Pliis... berubah buat gue<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<br />
<div dir="ltr" style="text-align: left;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZSONyKO8s4DHDDB0zZEJS6NYoHXJnqiKYQI0ykZ0lywY2pe01BlDqaVwvwtf2FMPmrT0q6k8mHfzJAA7ZaluwyInYukA5VJsMNdDDrx89eher5PY-9vhfbJDGBZftxIpxSG_gxnM9FB4/s1600/cinta+bertepuk+sebelah+tangan.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZSONyKO8s4DHDDB0zZEJS6NYoHXJnqiKYQI0ykZ0lywY2pe01BlDqaVwvwtf2FMPmrT0q6k8mHfzJAA7ZaluwyInYukA5VJsMNdDDrx89eher5PY-9vhfbJDGBZftxIpxSG_gxnM9FB4/s320/cinta+bertepuk+sebelah+tangan.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><b>Cerpen Tentang Cinta Bertepuk Sebelah Tangan</b> - Pliis... berubah buat gue ini kiriman sari penulis kita yang sagat rajin ngrim cerpen di <b>Blog Remaja Indonesia</b> <i>shella niyyaka</i> Cerpen Ini berbau <i><b>Cerpen cinta</b></i>, <i><b>cerpen remaja</b></i> yang berujung <b>Cerpen sedih </b>wahhhh tapi bisa di bilang <i><b>Cerpen Romantis </b></i>Lhooo Pokoknya ajib dech cerpennya<a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div>Cewek imut menggemaskan dan menjadi idaman para cowok di kampus itu, biasa di panggil ayu. Sedangkan cowok cakep dan berbadan atletis yang menjadi dambaan cewek-cewek, biasa di panggil dion. Ayu dan dion adalah sepasang kekasih yang kurang lebih 5 bulan berjalan. Jarang ada masalah yang muncul antara mereka, kecuali dari cewek-cewek dan cowok-cowok yang menyukai keduanya. Memang berat, ditambah ayu yang berpenampilan tomboy dan sangat menyukai sepak bola, sampek2 dia mengikuti kegiatan itu di kampusnya dengan dion.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Seperti biasa kampus ayu berlawanan dengan kampus lain untuk uji kepandaian bermain sepak bola, dan kebetulan kampus ayu mengirim 1 tim dan ada perempuannya yaitu ayu sebagai pemain cadangan. 1 babak sudah berlangsung dengan skor 0 0, akhirnya ayu di masukkan untuk mengganti pemain yang sedang cidera. Pemain kampus lain itu pun tercengang kaget tak percaya melihat pemain cadangan itu ternyata cewek cantik dan imut itu. Babak ke 2 dimulai, ayu berkonsentrasi saat bermain sepak bola itu, bahkan dia merencanakan sesuatu yang termasuk jitu itu dengan dion, kekasihnya. Waktu berjalan dan ayu memerintahkan dion untuk melaksanakan idenya tadi dengan mata isyarat, rencana itu diselesaikan dengan agak ragu tetapi pasti, dan tak di sangka pula berhasil ayu mencetak gol. Dengan sangat bahagia dan tak sadar pula ia memeluk dion.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ye… berhasil dion, taktik kita jitu”</div><div style="text-align: justify;">Dion yang dipeluk pun hanya diam dan tersenyum senang, dan siapa yang menyangka pula dion tiba-tiba memegang kepala ayu dan mengecup bibir ayu lumayan lama. Ayu melepas dengan paksa dan menampakkan muka merah tanda dia tak menyangka.</div><div style="text-align: justify;">PLLLAAKKKK…!!!! (ayu menampar dion)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“anjing lo ion, gw gak suka sama cara lo, kita pertahanin kampus, bukan gitu caranya” selesai berkata seperti itu, ayu segera pergi dari arena dan menuju mobil hendak pulang..</div><div style="text-align: justify;">Ayu mengemudi mobil itu dengan kencangnya, di dalam fikirannya adalah malu, dan gak nyangka, dion yang ia kenal sangatlah sopan dan menjaganya saat di publik. Sekarang, dion itu telah berubah menjadi dion yang sangat ambisius dan agresif. Ayu membiarkan handphonenya bordering beberapa kali, ‘mungkin dion yang dari tadi menelepon, biarin lah lagi bt gw’ pikirnya. Mungkin ada 20 an panggilan tak terjawab dan sekitar 15 sms masuk yang intinya sama.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“ayu sayang, jangan marah ya, maafin aku. Aku janji gak akan ulangin lagi, pliiss.. aku cinta sama kamu yu, kamu jangan git ya.. kamu dimana sekarang, jangan ngebut2 mengendarai mobilnya, aku khawatir sama kamu sayang” itu bunyi sms dari dion, yang memang dion sudah tahu kebiasaan ayu kalau lagi marah2 pasti mengendarai mobilnya kelewat batas.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“gw ada di t4 yg tenang. Gw kcewa sama lo ion, gak nyangka gw”</div><div style="text-align: justify;">Dion membaca sms itu dan segera menuju t4 itu, dion sudah tahu tempat yang ayu maksud, karena ayu sering ke tempat itu untuk menenangkan dirinya, kali ini dion benar-benar menyesal. Dia tak tahu kalau akhirnya akan seperti ini. Ayu mengetahui kedatangan dion, mungkin ayu sedang enggan bertemu seseorang jadi ia terpaksa pergi dari situ dan mencari kakaknya yang biasanya siang-siang begini di sebuah restaurant, benar saja firasat ayu, ia berbicara panjang lebar tentang dion kepada kakak laki-lakinya itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“gw gak suka cara dia kayak gini kak, lebih baik gw cari lagi aja” ketus ayu pedas yang memang ayu kalau sudah marah susah sembuhnya.</div><div style="text-align: justify;">“tapi kakak tw klok lu masih sayang bahkan sayang banget sama dion, gak bisa lu pungkiri lagi yu,, ya udah lu lakuin aja apa yang terbaik buat lu dan dion, jgn tergesa-gesa ambil kesimpulannya. Kakak mau balik kekantor”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“gak asyik lu kak, gw lg bt gini lu malah pergi, ya udah sana. Gw mw pergi mungkin jg lama, n jgn cari gw, gw jamin baik-baik ajaa” ayu pergi, dalam fikiran dia ingin pergi sejauh mungkin untuk hal yang menurut dion hanya sepele, tapi itu menurut ayu sangat mempermalukan dirinya, atau mngkin ayu pergi dan tak kembali ke rumahnya. Ia ingin menenangkan dirinya untuk sementara waktu atau bahkan lama.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: center;">***</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">2 tahun berlalu begitu singkat rupanya, ayu berniat kembali ke rumah asalnya bersama kakak tersayangnya, dan yang pasti kembali untuk kekaasihnya, penampilan ayu pun berubah 100%, dari yang tomboy menjadi feminism, bahkan sangat feminism, dari jalan bahkan dari berperilaku sangat berbeda dari yang dulu, rupanya dia telah banyak belajar selama 2 tahun itu, ia pertama kali ke kampus hanya untu menemui dion. Ayu sudah membayangkan, pasti dion senang dia kembali lagi, dan bakal seperti dulu lagi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kampus ada didepan mata, tapi siapa yang menyangka saat ayu ingin menyapa dion, ternyata disebelah dion ada cewek bahkan sedang menggandeng tangan dion.</div><div style="text-align: justify;">“ini siapa ion..?”</div><div style="text-align: justify;">“oh, ini… anu yu.. cewek baru gw”</div><div style="text-align: justify;">Duarrrrrr!!!!!!!</div><div style="text-align: justify;">Semua berjalan tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan ayu,, ternyata cinta yang selama ini ayu jaga tak ada hasil yang menggembirakan.</div><div style="text-align: justify;">“tega lo ion, gw dah jaga cinta ini, gw dah rela berubah bwt gw, gw pergi dan menghindar dari lo, bukan berarti gw balikin cinta ini, gw pengen lo berubah. Tapi mana buktinya, lo emang bener-bener tega ion.. TEGAAA…!!!!!”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“maafin gw yu, gw pikir sia-sia gw nyimpan rasa cinta gw ke lu”</div><div style="text-align: justify;">Dalam cekcok yang bisa dikatakan mengharukan, cewek disebelah dion pun buka mulut juga.</div><div style="text-align: justify;">“maksud kalian apa, siapa cewek itu ion..???”</div><div style="text-align: justify;">Dion yang ditanya begitu pun jadi tambah bingung, ia hanya bisa diam tertunduk, mungkin cewek itu mengerti kalau ternyata dia telah mengganggu hubungan orang lain, tanpa banyak kata, cewek itu pergi dari hadapan dion dan ayu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sementara itu, ayu mendekati dion, dan menggenggam jemari dion.</div><div style="text-align: justify;">“ion, gw sayang sama lo, gw berharap lo mw brubah buat gw..?”</div><div style="text-align: justify;">“asal lo mw nunggu gw bakal siram cinta gw sendiri buat lo yu”</div><div style="text-align: justify;">“makasih ion”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">TAMAT…..<br />
<br />
<b>Cerpen Tentang Cinta Bertepuk Sebelah Tangan </b>ini sangat bagus banget yaa... hemmm jangan Lupa krim cerpen dengan puisi mu dianeka remaja,, moga postingan kali ini bisa menghibur anda ,,, salam aneka remaja </div></div></div>Moh. Harishttp://www.blogger.com/profile/02866810122513090523noreply@blogger.com0