Rabu, 08 Februari 2012

Cerpen Sedih : Di Menit Ke 45



“Hha..hha..hha..” terdengar suara desahan nafas dari mulut Lukas yang sedang ngos-ngosan berlari dalam rangka pengambilan nilai lari estafet. Pukul 09:35 WIB cuaca lagi berada pada titik terbaik, sinar matahari bagaikan jarum-jarum yang menghujani tubuh, langit yang begitu menyilaukan seperti bidadari ingin turun dari singgasananya untuk melihat bumi. Saat semuanya mengambil posisi untuk lari, Lukas bersiap mengambil ancang-ancang dan segera melihat jam tangannya. Itulah kebiasaan yang selalu dilakukan Lukas setiap ingin melakukan sesuatu, bukannya iy Mr. Perfect atau Mr. On Time tapi, hanya elergi dengan menit ke 45 karena pada menit itulah selalu terjadi hal yang aneh dalam hidupnya.


09:40 WIB, “bersedia….siiaap…yaa” seketika semua pelari pertama berlari bersamaan. Semua perempuan bersorak menyemangati teman-temannya yang sedang berlari demi sebuah nilai dan tibalah saat dimana tongkat estafet akan diberikan pada Lukas yang bersiap sambil melihat jamnya itu. Tepat pada pukul 09:43 WIB Lukas menerima tongkat itu dan berlari secepat mungkin untuk mencapai garis finis sebelum menit ke 45 namun, beberapa saat sebelum menggapai garis finis tiba-tiba 09:45 WIB “bruk..” tanpa sadar tongkat estafet terlepas dari tangan Lukas. “yah..yah..yah… akhirnya menit ke 45 tak menghalangiku tuk menjadi sang juara, akhirnya ^_^…” kesenangan terpancar dari mulut Lukas. 09:50 WIB, “baiklah ankku sekalian, yang jadi juaranya adalah kelompoknya Lukas..” “hore..” lukas yang menyelan perkataan pak guru. “tapi..tapi, karena saat mencapai finis tanpa memegang tongkat jadi, kalian dianggap tak memasuki finis”. “yah…” dengan bersamaan teman lkas berteriak. “makan tuh menit ke 45 mu yang bikin sial itu Luk”. “huff… iy..iy.. nh gue ambil celaka-celaka skalian dengan percikan-percikannya yang mengenai kalian, Puass…???” kata Lukas yang sedikit emosi.



08:10 petang, Lukas lagi asyik-asyiknya telponan dengan dengan seorang gadis yang menarik hatinya yang dipanggilnya Ipe. Ditengah malam yang berselimutkan kegelapan, di tirai langit yang berhiaskan bintang-bintang, dan diantara jendela mungil Lukas larut dalam pembicaraan namun, “tiiit..tiiit..tiiit..tiiit” sambungan telepon terputus, seperti biasanya, pada menit ke 45 panggilan akan terputus jadi, bagi mereka berdua itu adalah hal yang lumrah. Tanpa canggung Lukas kembali menelpon sampai menit ke 45 berikutnya tiba.
07:13 pagi, saat mentari menyapa dengan cahayanya yang hangat dan langin yang terlihat serasi bersama awan yang berlarian di angkasa, Lukas telah bersiap tuk berangkat ke sekolah ditemani senyuman yang berharap agar tak banyak hal yang nyebelin pada menit-menit ke 45 hari ini. Belum beberapa saat setelah ngucapin kalimat itu, mata yang tak berdosa Lukas melihat sesuatu yang memacu adrenalin dan buat penasaran. Matanya tak sengaja melihat segerombolan orang yang memakai pakaina formal memasuki salah satu bank yang berada 2 blok dari sekolahnya. Namun, bukan pakaiannya itu yang buat penasaaaran tapi, apa yang ada di dalamnya itu yang membuat Lukas bertanya-tanya. Gelagat mereka itu mengingatkan akan film action yang Lukas nonton beberapa jam lalu sebelum iya pergi ke sekolah. “sikap mereka seperti para bandit-bandit texas yang masuk ke kasino untuk merampok, apalagi mereka memakai rompi anti peluru dan mengantongi pistol dan memasukkan AK 47 dalam tas raketnya”. Dugaan Lukas. Karena penasaran, akhirnya Lukas mengikuti orang-orang itu dan iya melihat salah satu dari mereka bergerak ke arah lain sambil membawa sebuah tas besar, karena Lukas lebih mencurigai isi tas itu makanya, iya dengan cegatan mengikutinya. Teryata dugaannya benar, orang itu menaruh bom pada 4 pilar utama gedung. 



Pukul 08:21 WIB, dengan hati yang sedikit ragu, akhirnya Lukas memberanikan diri untuk menyabotase rencana para bandit-bandit itu. Iya berusaha mendekati meja kasir untuk bisa mengambil telpon dan menelpon polisi. “Duk..duk..duk..duk..” dengan hati yang dek-dekan iya berusaha agar tidak ketahuan saat berbicara namun, baru saja telpon mau diangkat, salah satu dari bandit itu datang tuk mengontrol area sekitar gedung. Akhirnya Lukas berlari ke ruangan lain tapi, ternyata tempat yang dimasukinya adalah tempat penyekapan para sandera, “upps…!!! Bisa-bisa tembus nih kepala kalau ketahuan, hati-hati Luk..hati-hati…”. Lukas segera bersembunyi di bawah meja yang ada di dekatnya. “treng..treng..treng..” suara alarm jam berbunyi. “adduh…!! Nih bener-bener sial nih menit ke 45” katanya dalam hati. “bos, sekarang sudah waktunya kita pergi”. Kata seseorang dari mereka.
08:33 WIB, “astaga.. kelihatannya harus memakai trik dari Arnold (actor film action kesukaan Lukas), cepat, tepat, akurat, dan kuat”. Dengan percaya diri Lukas keluar dari persembunyiaannya dan berlari dengan cepat keluar dari ruangan itu sambil mengambil sebuah heandphone yang tergeletak di lantai. “huff, ayoo Luk kamu pasti bisa, 911 aku menghubungimu..” berusaha menyemangati dirinya. Sambil menelpon polisi iya terus berlari sambil melihat jamnya yang telah menunjukkan pukul 08:38 WIB. “wadduh…!!! Keberuntunganku hampir habis nih, aku tidak mau mati di tempat seperti ini, saatnya rencana B..” keyakinan Lukas yang telah ngos-ngosan berlari. Rencana B adalah bersembunyi ke tempat yang tak mungkin orang lain bisa menemukanmu. Itulah yang sedang iya kerjakan dan akhirnya iy menemukan juga tempat yang tepat yaitu, di fentilasi udara. “hehehehehe…  tak sia-sia gue nonton film action terus.” Membanggakan diri. “anak sialan, cepet banget tuh larinya, itu manusia apa monyet..???” kata bandit yang mengejarnya.


08:43 WIB, terdengar sirine mobil polisi telah meraba telinga Lukas dan setelah merasa aman iya keluar dari fentilasi dan iya segera ketempat bom yang tinggal beberapa menit lagi. Setelah sampai di tempat itu, Lukas baru sadar bahwa apa yang di hadapannya itu adalah bom plastik yang paling berbahaya. “waddduh…!!! Salah sedikit bisa rugi 3 M nih orang tua, huff..” cemas Lukas. Mengingat cara Arnold mematikan bom dalam filmnya, akhirnya Lukas mencoba untuk memotong kabelnya. “ngeeng” suara air liur yang tertelan karena kecemasan. Ada berbagai macam kabel yang ada di bom itu dan salah sedikit aja bisa memicu ledakan lainnya, beberapa menit Lukas bediri di tempat itu namun, iya masih berfikir, kabel apa yang harus iya potong. “tuff..tufff” suara senjata api yang saling beradu. Karena kaget melihat suara itu, tangannya tak sengaja memotong sebuah kabel yang membuat waktunya menjadi 5 detik pada Jam bom tersebut. “addduh..!!!! Selamat tinggal ayah, selamat tinggal ibu, selamat tinggal orang yang menyayangiku, selamat tinggal orang-orang yang membenciku dan selamat tinggal kesialan.” Kepasrahan Lukas. 5 4 3 2 1… “tidakk..” teriak Lukas sambil menutup telinganya.


08:45:10 WIB, “loh koq tidak meledak..???” Lukas keheranan. Iya baru tersadar bahwa pada saat kabelnya terpotong tepat pada menit yang ke 45. “Yes.. akhirnya menit ke 45 telah membawakan kemurahan hatinya padaku…,,, ALHAMDULILLAH.. >_< ,,!!!”. Lukas pun segera melarikan diri dari tempat itu sebelum ada yang melihatnya dan segera kesekolahnya. Walaupun terlambat tapi, iya telah membuat menit ke 45 menjadi sahabatnya… ^_^
 THE AND 



Cerpen Sedih : Di Menit Ke 45  bagaimana ne? bagus gak? jangan mewek yaaaa... heheheh Kalo nagis gak sahabat aneka remaja berarti ^_^.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More